Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membangun Komunikasi yang Mudah Dipahami Anak agar Otak Mudah Mencerna

27 Desember 2021   17:55 Diperbarui: 28 Desember 2021   08:25 925
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komunikasi antara otangtua dan anak | Ilustrasi: www.theasianparent.com

Otak sebagai command center memiliki peran penting dalam menginterpretasi sebuah pesan yang diterima. Pesan-pesan yang rumit seringkali belum mampu dicerna oleh anak di umur 1-3 tahun.

Ada orangtua yang beranggapan bahwa anaknya tidak mau mendengar ketika diberi perintah, sehingga lebel nakal kerap 'tersemat' pada diri anak. 

Kata-kata seperti "jangan naik ke atas kursi", "jangan bermain kejar-kejaran", jangan berisik mamak lagi kerja" terdiri dari 3 kata lebih. 

Pada umumnya anak pada fase 1-3 tahun perlu diberi arahan yang jelas dengan batasan kata agar mudah dipahami.

Kata 'jangan' akan memicu otak untuk mencoba. Sebaliknya, kalimat "duduk di bawah" akan lebih mudah dipahami oleh anak berumur 1-3 tahun ketimbang "jangan naik ke atas kursi".

Ini sebabnya anak-anak akan terus melakukan apapun yang dilarang karena otak anak belum mampu menerjemahkan dengan benar. Di samping itu, larangan juga memunculkan pertanyaan 'mengapa'.

Bagi anak di bawah tiga tahun, sebaiknya memakai kalimat yang mudah dipahami dengan konotasi positif. 

Jika orangtua terus-menerus memakai kalimat negatif atau larangan saat berkomunikasi dengan anak, maka pola pikir anak akan berbeda.

Bagian depan otak yang disebut prefrontal cortex berfungsi untuk membuat keputusan. Area otak ini berkembang seiring bertambahnya umur. Usia 1-3 tahun adalah masa dimana seorang anak menanamkan input secara baik dan tepat.

Artinya, anak perlu memahami hal-hal yang wajar dilakukan dan tidak wajar dengan cara alami. Misalnya, melompat, berlari, memanjat adalah aktivitas normal yang penting untuk mengaktifkan saraf motorik anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun