Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sosok Ibu bagi Seorang Khabib Nurmagomedov, Pulangnya Seorang Kesatria Sejati

26 Oktober 2020   11:07 Diperbarui: 26 Oktober 2020   11:15 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://today.line.me/

Khabib Nurmagomedov adalah seorang petinju kelas dunia yang lahir dan besar di sebuah desa kecil di Rusia 32 tahun lalu. Menjadi petinju dengan puncak karir tertinggi dan menjadi seorang figur terkenal bukanlah sesuatu yang ia rencanakan. Do'a seorang ibu dan didikan seorang ayah menjadi jembatan yang mengantarkan ia pada puncak karir teratas di dunia.

Khabib menjadi muslim kelahiran Rusia pertama yang mendapat gelar UFC dan menjadikan ia sebagai orang paling dicari di dunia maya dengan katagori artis di Rusia dengan 24 juta follower. Ketenaran dan Kemapanan tidak merubahnya menjadi sosok yang sombong dan gaya hidup glamor. 

Sebaliknya, ia menjadi figur yang sangat bersahaja yang sangat berwibawa di mata lawan. Ini semua ia dapat dari didikan seorang ibu yang lembut dan sosok ayah yang tegas yang selalu mendampinginya sekaligus sebagai pelatih pribadinya.

Besar di sebuah wilayah bernama Dagestan dengan populasi 3-jutaan penduduk, menjadikan ia sebagai sosok dengan kepribadian sangat rendah diri walau hidup ditengah ketenaran.  Tentu semua ini  tidak hadir melekat sebagai kepribadiannya jika bukan karena didikan seorang ibu yang tangguh dan sosok Ayah yang berwibawa. 

Bahkan, ia berhenti karena menepati janjinya pada Ibu sebagai pertandingan terakhir karena ketiadaan Ayah sebagai pelatih dan juga mentor pribadinya.

Bayangkan saja bagaimana seorang tanpa 'nama' tumbuh besar di sebuah tempat yang tidak familiar sama sekali kemudian mencapai puncak ketenaran. Inilah hasil didikan sebuah keluarga yang didalamnya dibungkus dengan kasih sayang, kelembutan, disiplin, dan tentunya keta'atan. 

Dagestan, sebuah wilayah dengan latar belakang mayoritas Islam telah berhasil mendidiknya sebagai sosok rendah diri dengan gaya hidup sederhana. Dunia bahkan salut dengan prestasinya 29 kali menang tak pernah terkalahkan.

Kalau bukan karena janji pada ibunya untuk berhenti dan tidak akan bertarung lagi, mungkin sosoknya akan berada di level paling atas dalam sejarah MMA.

"Today, I want to say, this was my last fight," Khabib said. "No way am I going to come here without my father. [My mother] doesn't want me to fight without my father. I promised her that this will be my last fight. And if I give my word, I need to follow it."  

Itulah penggalan pesan terakhir Khabib yang berbunyi : hari ini adalah pertarungan terakhirku, saya tak akan bisa datang kesini lagi tanpa ayahku. Ibuku tidak mengijinkanku bertarung tanpa Ayah. Aku berjanji padanya ini adalah pertarungan terakhirku. Aku sudah berjanji, dan aku akan menepatinya. 

Sungguh ini adalah pesan seorang petarung yang memiliki prinsip hidup kesatria. Landasan berpijaknya adalah pada kedua orangtuanya. Kalau ia mau, tentu bisa saja ia terus melaju ke puncak paling atas bergelimang harta. Tapi, sosok ibu tidah bisa digantikan harta atau apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun