Saya ingin membuka tulisan ini dengan sebuah pribahasa yang berbunyi :
Dari telaga yang jernih tak akan mengalir air yang keruhÂ
Mungkin pribahasa di atas tidak lagi terdengar saat ini, namun kondisi saat ini cocok dengan bunyi pribahasa tersebut. Tahukah teman-teman apa arti pribahasa diatas. Orang-orang yang baik akan melahirkan keturunan yang baik pula. Lebih kurang begitulah makna dari penggalan pribahasa yang sudah banyak terlupakan oleh kita.
Tulisan ini saya buat untuk melihat dan merefleksi proses pembelajaran secara daring saat ini. Perlu diketahui bahwa belajar daring (online) bukan hal baru yang muncul saat pandemik COVID-19 baru-baru ini, di dunia kampus di berbagai negara belajar secara daring sudah lama terkenal dengan nama distance learning atau lebih familiar disebut belajar jarak jauh dan ini menjadi sebuah proses transfer ilmu secara daring tanpa terbatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
Saat dunia terjangkiti COVID-19, hampir semua aspek kehidupan terhenti, dari ekonomi sampai interaksi sosial dibatasi secara masif. Tentu ini bukan hal mudah, terlebih bagi negara yang ekonominya bergantung pada interaksi sosial yang terfokus pada masyarakat dengan penghasilan menengah kebawah, dimana perputaran uang sangat tidak mungkin terjadi jika interaksi sosial dibatasi atah bahkan terhenti. Apalagi jika merujuk pada nilai-nilai budaya, tanpa interaksi secara otomatis transfer komunikasi akan terputus.
Lantas, bagaimana kaitan ekonomi dengan pendidikan secara daring yang saat ini terjadi di negara ini? jujur, saya melihat proses belajar daring saat ini justru menghilangkan sisi produktifitas para pelajar, walaupun disisi lain pemerintah tidak mau mengambil resiko untuk menambah jatuhnya korban keganasan virus Covid-19 dengan terus melanjutkan belajar secara tatap muka. Tapi, perlu diingat, kebijakan pemerintah perlu dikaji ulang dengan menilai aspek efektifitas, produktifitas, dan kualitas.
MARI KITA BAHAS!
1. Efektifitas
Dengan berbagai latar belakang keberagaman suku dan budaya yang mewakili Indonesia dari perkotaan sampai pedesaan,proses transfer ilmu memiliki sisi efektivitas yang berbeda. Mungkin,area perkotaan dengan fasilitas yang bisa dikatakan cukup, belajar secara daring bisa efektif karena konektifitas yang lebih terjamin.
Namun, di banyak area, terlebih area pedesaan yang terisolir melewati pegunungan dan pepulauan dengan jarak tempuh puluhan kilometer, belajar daring bukan sesuatu yang mudah karena sinyal internet tidak mudah dijumpai dan sangat terbatas.Â