Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membentuk dan Membangun Kebiasaan Positif dalam Keluarga

24 Januari 2020   12:36 Diperbarui: 24 Januari 2020   12:32 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak yang membawa nilai seperti ini berasal dari keluarga yang membiasakan hal-hal buruk dalam keluarga. Sebagai contoh, ada orangtua yang ucapannya kasar, saat berbicara dengan anak condong berteriak, menyuruh anak dengan bentakan, atau bahkan sering menjelekkan anak didepan orang lain. Hasilnya, anak mewarisi sifat yang sama dalam hidupnya. Kenapa? Karena pembiasaan yang salah menghasilkan kebiasaan yang salah juga. 

Saya sering melihat orangtua yang mudah sekali marah pada anak. Ucapannya sering mengarah ke negatif ketika berinteraksi dengan anak. Misalnya ucapan, kamu itu saja gak bisa, ah... Dasar anak malas disuruh ga mau, kerjanya tiduran aja, ambil itu sebentar jangan malas, dan rentetan kalimat negatif lainnya. 

Secara tidak sadar anak merekam semua ini dan dia jadikan standar nilai hidup. Karena sudah terbiasa dengan kalimat-kalimat negatif maka bagi itu dianggap wajar, dan akhirnya mereka juga mewarisi sifat seperti orangtuanya. Saat besar mereka mewarisi sifat yang sama ke Naknya lagi dan terus sampai generasi seterusnya. 

Bagaimana mungkin kita menghasilkan anak yang sopan, baik, rajin, cerdas tapi kita membiasakan kata-kata kasar, memberi contoh buruk dalam rumah. Itu hal MUSTAHIL. apa yang kita semak itulah yang akan kita panen. 

Sebagai orangtua kita memiliki pilihan, apakah ingin mewarisi sifat baik atau buruk kepada anak? kita memiliki kekuatan untuk memutuskan anak yang bagaimana yang kita inginkan. Maka, kita harus bertanya kembali ke diri masing-masing, apakah kita sudah memutuskan kita ingin menghasilkan anak yang bagaimana. 

Maka dari itu penting bagi orangtua, ayah dan ibu, untuk memiliki visi dan misi yang sejalur dalam keluarga. Sebuah keluarga harus memiliki kurikulum khusus untuk mendidik anak. Siapa yang harus membuat kurikulum? Ayah lah yang harus melakukannya sebagai kepala keluarga. 

Apa tujuan kurikulum dalam keluarga? 

Saya ingin memberi sebuah logika yang mudah. Seorang arsitek ketika menggambar atau mendesain bangunan harus didukung oleh skil atau ilmu desain yang baik. Hanya arsitek yang handal dengan skil jitu mampu menghasilkan karya bangunan yang memiliki nilai filosofis dalam bangunan yang ia desain. 

Nah, untuk memiliki hasil yang luar biasa seorang arsitek harus lebih dahulu mengivestasi waktu, tenaga, uang yang membutuhkan kerja keras bertahan-tahun lamanya. 

Maka jangan heran jika nilai harga sebuah bangunan hasil desain seorang arsitek handal bisa sampai ratusan juta. Kenapa? Karena ada investasi waktu dan uang yang dihabiskan u tuk menghasilkan sebuah gambar yang spektakular.

Bukankah anak yang hebat lahir dari orangtua yang hebat pula? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun