Anak adalah anugerah terbesar dalam hidup yang tidak bisa ditukar dengan apapun. Kehadiran anak dalam rumah tangga ibarat hadirnya pelita dalam kegelapan. Ia membawa cahaya untuk menerangi gelapnya kehidupan.Â
Sayangnya, banyak orangtua yang tidak mempersiapkan diri dengan baik sebelum pelita hadir dalam keluarga. Bahkan, ada orangtua yang hanya menganggap anak sebagai sekedar pelengkap kehidupan.Â
Ketahuilah, Anak memiliki bawaan sifat yang diwarisi dari kedua orangtuanya. Maka tidak heran istilah "buah tidak jatuh dari pohon" menjadi sebuah visualisasi kehidupan. Layaknya sebuah pohon yang menghasilkan buah, begitupula karakter anak merupakan wujud nyata kepribadian orangtua.Â
Para orangtua dahulu kala kerap mengajarkan agar berhati-hati dengan perilaku, apalagi ketika sudah berkeluarga. Bahkan, Rasulullah sudah lebih dahulu memperingati umatnya agar memperbaiki diri sebelum berkeluarga dan memilih pasangan yang baik perilakunya agar mewarisi generasi yang baik.Â
Hari ini kita sudah membuktikan bagaimana rusaknya perilaku anak-anak dihampir segala penjuru. Ini semua diawali karena rusaknya cermin dalam keluarga sehingga anak tak lagi dapat melihat perilaku baik dari orangtua melalui refleksi cermin.Â
Banyak yang tidak memahami bahwa anak lebih mudah mewarisi perilaku dari apa yang dilihat daripada yang didengar. Bagaimana orangtua mencontohkan perilaku dalam keluarga begitupula yang akan diwarisi anak dalam kehidupan. Jika orangtua tidak menjadikan dirinya cermin maka anak akan kehilangan bayangan.Â
Sebagian karakter dalam diri anak sudah terbentuk dan mulai melekat saat mereka masih dalam kandungan. Makanya perlu dipahami bagi seorang ibu yang sedang mengandung agar menjaga perilaku sebaik mungkin, baik ucapan, kelakuan, bahkan pikiran.Â
Peran ayah juga tak kalah penting. Masa kehamilan menjadi titik awal membentuk karakter anak secara perlahan. Keseimbangan emosi ibu saat hamil sangat berdampak besar bagi anak. Penelitian sudah membuktikan bagaimana emosi ibu akan terbawa kepada janin dan terekam dalam memori anak sampai dewasa. Maka disini peran suami sebagai calon ayah sangat krusial untuk menjaga kestabilan emosi istri.Â
Emosi negatif yang muncul saat masa kehamilan akan terekam di otak janin. Karena kemampuan otak sudah mulai tumbuh dan berkembang dari awal masa trimester pertama. Saat ibu tidak menjaga emosinya, janin juga merasakannya dari dalam. Semakin intens emosi negatif yang muncul dengan otomatis semakin tersimpan kuat di otak bayi.Â
Kenapa banyak anak yang bermasalah ketika besar?Â
Salah satu dampak emosi negatif ibu saat hamil adalah terganggunya fungsi otak anak ketika mereka beranjak dewasa. Hal ini secara langsung juga berdampak pada perilaku anak.