Suatu waktu saya mendapati seorang teman sedang membantu pekerjaan rumah(PR) anaknya. Sekilas saya memandang wajar apa yang dilakukanya hanya sekedar membantu anak. Namun, ketika melihat lebih lanjut ada yang salah dengan "bantuan"yang kerap hadir saat anak mengalami hambatan dalam menyelesaikan PR.Â
Di waktu yang berbeda saya pernah bertukar pikiran dengan seorang teman dari Amerika mengenai tugas anak dan peran orangtua. Bagi kawan saya yang sudah cukup lama menetap di Indonesia, ia seringkali melihat kebayakan orangtua sering membantu anak menyelesaikan PR tanpa mendidik anak untuk mampu menyelesaikan PR dengan kemampuan yang dimiliki anak.Â
Saya melihat fenomena ini seakan terus terjadi. Ada dua faktor yang saya anggap menjadi penyebab. Pertama, tugas sekolah yang hampir rata-rata berasal dari buku ajar hanya menitikberatkan pada kemampuan anak menjawab, bukan berpikir. Disisi lain banyak soal-soal yang terkadang tidak berkaitan dengan materi ajar. Artinya, tingkat kemampuan anak untuk menjawab soal tidak sebanding dengan soal yang ia hadapi.Â
Kedua, hampir rata-rata tugas sekolah hanya berakhir sebagai "formalitas", dengan kata lain bertujuan agar anak punya aktifitasnya dirumah, bukan sebagai acuam agar anak mengulang kembali apa yang pelajari disekolah. Benarkah? Â Coba perhatikan Seberapa banyak guru yang mau mengecek kembali tugas siswa dan memberikan feedback. Intinya, siswa tidak belajar banyak dari tugas melainkan sekedar aktifitas sampingan dirumah.Â
Dengan pola pemberian tugas seperri ini sebenarnya tidak banyak yang didapat siswa. Bahkan, siswa akan condong pasif dan tidak belajar untuk memahami hal yang seharusnya ia pahami. Lantas, perlukaj PR diberikan kepada siswa?Â
Jawabannya tentu relatif. Jika tujuan pemberian PR untuk membantu anak mengerti materi yang dipelajari disekolah tentu jawabannya perlu. Akan tetapi perlu dipahami bahwa jenis tugas diberikan juga harus sesuai dengan tingkat kemampuan anak dan target pemberian tugas harus selevan dengan tujuan pembelajaran.Â
Orangtua juga perlu dilibatkan dalam hal ini. Sekolah mesti aktif mengundang orangtua dan membuat kerjasama antara guru dan orangtua. Tujuaannya agar orangtua tidak sekedar membantu menyelesaikan tugas Namun mampu mengarahkan anak untuk bisa aktif mencoba tanpa harus "dibantu".Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H