Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Suri Tauladan dalam Keluarga

28 Juni 2018   15:59 Diperbarui: 28 Juni 2018   16:13 629
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Memulai sebuah kehidupan baru dalam bingkai keluarga bukan hal yang mudah. Banyak keluarga yang mulai rapuh karena ketiadaan ilmu dalam memulai keluarga, sehingga tidak sedikit yang menyerah dan akhirnya "rumah" yang baru dibangunpun berada diambang kehancuran. Sebenarnya jika ingin melihat kedalam, apa yang menjadi penyebab kerapuhan dan keretakan dalam rumah tangga?

Hal yang paling mendasar yang menjadi akar permasalahan adalah ketiadaan suri tauladan dari sosok ayah dan ibu. Seorang anak laki-laki dan perempuan yang hidup dalam sebuah keluarga menjadi pewaris perilaku dari kedua orangtuanya. 

Pada hakikatnya keluarga adalah sekolah yang paling utama bagi anak, disana terdapat ratusan ribu ilmu yang hadir dari setiap perilaku kedua orangtua. Kita tidak perlu heran bagaimana bunyi pepatah "buah tidak jatuh jauh dari pohon". Anak merupakan cermin orangtua. Bahkan tabi'at sekecil apapun akan diwarisi oleh anak melalui sifat dan karakter kedua orangtuanya.

Dalam Islam memilih seorang calon istri merupakan prosesi sangat penting. Dari seorang istri yang shalihah akan lahir anak-anak yang ta'at dan berakhlak mulia. Tidak heran jika seorang calon mempelai laki-laki perlu mengetahui asal-usul calon mempelai perempuan. Bagaimana latar belakang keluarganya dan kebiasaan dalam keluarga. 

Begitu pula seorang calon mempelai perempuan tidak dengan mudah menerima lamaran tanpa mengetahui latar belakang keluarga calon mempelai laki-laki. Semua tahapan dalam rangka memulai mahligai keluarga begitu teratur dalam nilai-nilai yang tertanam dalam islam. Sayangnya, karena ketiadaan ilmu tidak sedikit yang mengenyampingkan nilai-nilai mulia ini dan condong membangun keluarga berdasarkan keinginan hawa nafsu dan mengenyampingkan akal sehat.

Mari kita melihat bagaimana pentingnya suri tauladan dalam keluarga. Seorang anak sejak lahir sudah dibekali dengan dua mata yang menjadikan ia seorang pengamat yang baik. Mungkin banyak orangtua yang menganggap sepele bagaimana perilaku mereka menjadi gerbang awal kehancuran masa depan anak. Anak begitu lahir sudah mulai mengobservasi lingkungannya, indra penglihatan yang ia miliki menjadi titik awal ilmu yang ia simpan di otaknya. 

Dimulai bagaimana interaksi ibunya, pola komunikasi, dll. Semua ini akan terekam dengan baik di kepala seorang anak. Nah, awal masa kelahiran dari umur 1-3 tahun menjadi tolak ukur bagaimana seorang anak akan tumbuh menjadi calon ayah atau ibu yang baik dimasa depan. 

Ilmuan bahkan mengklasifikasi tahapan tumbuh kembang 1-3 tahun merupakan masa dimana proses pembelajaran benar-benar terjadi. Dimulai dari sentuhan tangan seorang ibu, komunikasi intens seorang ayah, dan interaksi aktif keduanya. 

Banyak ilmuan yang berpendapat bahwa jika umur 1-3 tahun orangtua tidak mendampingi anaknya, maka ia akan tumbuh menjadi anak yang egois dan memiliki masalah dengan belajar. Begitu pentingnya kehadiran orangtua sehingga beberapa bagian pada otak tidak mampu berkembang dengan baik pada anak disebabkan ketiadaan sentuhan kasih sayang dan interaksi fisik. Kehadiran sosok seorang ayah sangat penting bagi seorang anak. 

Disini merupakan awal proses transfer ilmu. Pembiasaan yang baik melalui tauladan yang baik dari seorang ayah akan membekas di memori sang anak. Hal-hal mendasar seperti memuliakan istri didepan anak, membantu pekerjaan rumah tangga, dan tutur kata yang sopan akan selalu diwarisi oleh seorang anak. Pembiasaan hal-hal yang positif dalam keluarga akan membawa nilai-nilai positif yang akan membentuk anak menjadi calon suami dan istri yang baik. 

Pada Akhirnya  keturunan kita akan mewarisi sifat yang kita contohkan. Tinggal bagaimana kita mewarisi perilaku yang baik bagi anak-anak kita agar mereka tumbuh menjadi sosok ayah dan ibu yang baik setelah kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun