Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Freelancer - A runner, an avid reader and a writer.

Harta Warisan Terbaik adalah Tulisan yang Bermanfaat. Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenapa Seseorang Mengalami Kegagalan?

21 Juni 2016   19:13 Diperbarui: 21 Juni 2016   20:11 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegagalan kerap dihubungkan dengan sisi negatif.  Banyak orang yang tidak ingin gagal dan sangat menghindari kegagalan. Disisi lain setiap orang mendambakan kesuksesan dan berharap sesuatu berjalan mulus dan terhindar dari yang namanya kegagalan. Namun,  pernahkah kita bertanya kenapa kegagalan bisa terjadi? Apa yang menyebabkan seseorang gagal? 

Diantara beberapa buku yang sudah saya baca mulai dari buku berkenaan motivasi,  psikologi,  kekuatan pikiran,  dan beberapa video dari para pakar psikologi dan orang-orang sukses serta podcast dari pembicara Amerika,  saya dapat menyimpulkan bahwa penyebab kegagalan berasal dari satu sumber. NEGATIVE THINKING!

Ketika seseorang menetapkan sebuah tujuan atau target kemudian apa yang ia harapkan tidak terjadi maka akan muncul rasa kecewa. Rasa kecewa ini memicu otak untuk berpikir negatif (NEGATIVE thinking). Jika seseorang tidak mampu menerima kenyataan bahwa harapannya tidak berjalan sesuai kehendak maka otak akan menyalurkan reaksi penolakan dan tubuh akan bereaksi negatif. Akhirnya apa yang kita lakukan bukan lagi karena gerak sadar(conscious) melainkan reaksi pikiran bawah sadar(subconscious mind). Makanya ketika seseorang mengalami kegagalan dan tidak sanggup menerima kenyataan ia akan melakukan sesuatu hal yang bertolak belakang dari kebiasaannya. Jika ini tidak dapat dikontrol maka tahap selanjutnya adalah depresi atau sikap keputusasaan dalam diri. 

Berbeda ketika seseorang mendapati harapannya berjalan lancar dan target tercapai maka otak akan merasa senang dan penolakan tidak terjadi. Intinya,  reaksi terhadap kegagalan dan kesuksesan memicu sebuah tindakan baik positif ataupun negatif. Normalnya orang akan berpikir negatif ketika gagal dan berpikir positif saat sukses. Hanya sedikit orang yang bisa mengaitkan kegagalan ke arah positif. Uniknya jika kita melihat lebih jauh,  orang-orang dengan kesuksesan tingkat tinggi alias berhasil dalam hidup adalah mereka yang mengalami rentetan kegagalan bertubi-tubi, jatuh bangun menjalani hidup dan memulai hal baru dengan penuh keyakinan. Sebut saja Steve Job, CEO Apple yang memulai karir dari garasi rumahnya, dipecat dari perusahaan milik sendiri, sampai mengalami depresi berat. Tapi akhirnya berhasil bangkit dan kesuksesan menyapanya. Kenapa ini bisa terjadi? Jawabannya satu,  POSITIVE THINKING!.

Orang-orang yang mampu berpikir positif akan selalu berhasil bangkit walau dalam keadaan terpuruk sekalipun. Tidak peduli berapa kali kegagalan  yang mereka alami, bagi mereka kegagalan adalah pelajaran bukan hambatan. Ketika otak bisa menerjemahkan kegagalan menjadi pesan positif maka perbuatan akan condong ke arah yang baik dan respon alam juga akan positif. Tidak akan ada yang namanya penolakan dalam diri yang berakhir pada kekecewaan. Secara psikologis rasa kecewa merupakan sebuah kewajaran hasil reaksi tubuh akan expektasi yang tidak terealisasi. Jadi,  wajar saja orang merasa kecewa saat gagal,  namun kekecewaan perlu di sikapi dengan wajar tanpa harus larut dalam penyesalan. Maka dari itu perlu sekali melatih diri agar mampu berpikir bahwa kegagalan adalah sebuah proses pembelajaran,  bukan akhir segalanya. 

Berpikir negatif adalah sumber segala masalah dalam hidup. Kita tidak mampu merubah apa yang sudah terjadi. Yang harus kita lakukan adalah menerima sesuatu apa adanya tanpa berharap berlebihan. Dengan sikap menerima maka kita akan mampu mengarahkan pikiran ke arah positif dan mampu bertindak secara benar tanpa gegabah. Kesuksesan pun pada hakikatnya bisa saja mengarah ke arah negatif jika seseorang tidak mampu mengontrol kesenangan secara berlebihan. Maka saya sendiri melihat sisi positif bagaimana dalam islam kita diwajibkan percaya kepada takdir,  sesuatu yang sudah Allah tetapkan. Dengan menerima kita akan lebih damai dan penolakan dalam tubuh tidak akan terjadi. 

Dari sisi kesehatan,  berpikir negatif akan memacu penyakit-penyakit buruk bagi tubuh. Buku-buku tentang THE power of mind,  mind healing, positive thinking,  baik yang ditulis oleh penulis Barat dan Indonesia memiliki poin yang sama. Bahwa 80% pemacu penyakit dalam tubuh adalah akibat reaksi negatif pikiran yang akhirnya membuat imun tubuh tidak bekerja normal. Sadar atau tidak,  yakin atau tidak, penyembuhan melalui pikiran dapat bekerja lebih cepat dibanding alat medis secanggih apapun di dunia ini. ini diakui oleh pihak medis melalui literatur kesehatan hasil penelitian bertahun-tahun. Orang-orang yang dalam hidupnya selalu berpikir positif jarang sekali mengalami penyakit,  silahkan amati secara pribadi di lingkungan anda.  Mereka juga akan lebih mudah meraih kesuksesan bukan karena mereka  memiliki IQ tinggi tapi karena pikiran positif membuat mereka terus mencoba tanpa menyerah. 

Pada saat kita kecewa akan kegagalan maka sebenarnya kita melihat kegagalan sebagai sebuah respon pada kata menyerah. Jika sisi negatif mendominasi pikiran jangan berharap kesuksesan akan menyapa. Dalam ilmu psikologi Carol Dweck, pakar pola pikir berpendapat,  orang-orang yang berpikir negatif tergolong fixed mindset, mereka selalu memandang sesuatu secara tetap,  jika gagal memang nasib,  atau ketidakmampuan melakukan sesuatu karena memang tidak merasa mampu atau terlahir seperti itu. Sedangkan golongan kedua adalah growth mindset atau golongan orang-orang yang berpikiran bahwa kemampuan itu bisa berubah dan selalu bisa berkembang. Jadi, tidak ada istilah pintar atau bodoh. Melainkan mau belajar atau tidak,  tekun atau tidak. Ini yang pada akhirnya menjadi kunci kesuksesan. 

we'r not born to be smart, we learn to be smart. Failure is a process,  not an ending. Our action is the result of our thought,  the more positive we think,  the better action we may take. YOU ARE WHAT YOU THINK! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun