Mohon tunggu...
Masyita Deta Rahadiani
Masyita Deta Rahadiani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Sinergi dan Tantangan antara Platform Film Digital dan Bioskop

19 Januari 2024   20:38 Diperbarui: 19 Januari 2024   20:39 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keselarasan antara bioskop dan platform digital dalam industri perfilman menggambarkan evolusi baru dalam distribusi film. |Sumber Gambar: Pexels

Dalam era industri hiburan yang terus berubah, perdebatan antara platform film digital dan pengalaman menonton di bioskop menjadi isu sentral. Pergeseran perilaku penonton, khususnya selama pandemi COVID-19, telah memperkuat peran penting platform streaming digital dalam kehidupan sehari-hari. Namun, bioskop tidak tinggal diam dan terus berupaya untuk tetap relevan. Artikel ini akan mengeksplorasi dinamika antara kedua entitas ini, menyoroti tantangan dan strategi adaptasi yang mereka hadapi.

Pandemi COVID-19 telah mempercepat adopsi platform streaming digital sebagai pilihan utama bagi penikmat film. Keunggulan utama platform digital terletak pada kenyamanan dan fleksibilitas yang mereka tawarkan. Layanan seperti Netflix, Disney Hotstar, dan Vidio.com memungkinkan penonton menikmati berbagai konten film tanpa terikat oleh waktu atau tempat. Model langganan bulanan yang terjangkau menjadi daya tarik tambahan, menjadikan platform ini sebagai pemimpin pasar hiburan. Dengan model langganan yang fleksibel, pengguna dapat menikmati konten film kapan saja dan di mana saja, mempersonalisasi pengalaman menonton sesuai preferensi individu. Pilihan ini semakin diperkuat selama pandemi, mempercepat transformasi perilaku penonton menuju platform digital sebagai solusi hiburan praktis dan sesuai dengan gaya hidup modern.

Di sisi lain, bioskop menghadapi sejumlah tantangan untuk tetap bersaing. Harga tiket yang dianggap tinggi oleh sebagian penonton menjadi hambatan, terutama dengan munculnya alternatif digital. Upaya bioskop untuk menjaga relevansi melibatkan serangkaian strategi adaptasi. Mulai dari penawaran paket harga, promosi menarik, hingga peningkatan kualitas layanan, bioskop berusaha memberikan alasan kepada penonton untuk kembali menikmati pengalaman menonton di layar lebar.

Strategi Keselarasan Bioskop dengan Platform Film Digital

Dalam strategi adaptasi bioskop, peningkatan pengalaman sinematik menjadi fokus utama. Bioskop semakin mengintegrasikan teknologi canggih seperti Dolby Atmos untuk menciptakan audio berkualitas tinggi yang mendalam. Dolby Atmos membawa dimensi baru dengan suara tiga dimensi, menciptakan atmosfer yang memukau. Dengan demikian, bioskop tidak hanya menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, tetapi juga meningkatkan daya tarik sinematik, menjadikan pengalaman menonton di bioskop lebih mengesankan bagi para penikmat film.

Keselarasan antara bioskop dan platform digital dalam industri perfilman menggambarkan evolusi baru dalam distribusi film. Film sekarang dapat diakses melalui platform streaming hanya 2-3 bulan setelah perilisan di bioskop.  Film yang didanai langsung oleh OTT membuka jalur kreativitas dengan proses pengajuan proyek dan pembuatan skenario. Perusahaan film mendapatkan "PH Fee" sebesar 10 persen dari anggaran produksi, memberikan kesempatan baru bagi sineas untuk menghasilkan karya inovatif. Konsep "second window release" memperlihatkan bahwa setelah periode bioskop, OTT memperoleh hak eksklusif untuk menayangkan film selama periode tertentu, memberikan nilai tambah bagi film yang mungkin telah melewati periode keberhasilan awalnya di bioskop. Model ketiga melibatkan penjualan film ke OTT setelah diproduksi, bahkan sebelum tayang di bioskop. Ini menunjukkan fleksibilitas dan strategi berbasis pasar yang dapat diambil oleh perusahaan film sesuai dengan potensi keberhasilan film tertentu. Terakhir, melalui agregator film, film lama atau kecil dapat dijual ke distributor agregator yang kemudian menjualnya ke berbagai OTT non-eksklusif. Meskipun nilai finansialnya mungkin kecil bagi perusahaan film, ini menciptakan peluang baru bagi film-film dengan daya tarik khusus.

Dalam konteks ini, terjadilah dinamika keuntungan di mana film bioskop dapat menghasilkan pendapatan yang tidak terbatas dengan pembelian tiket. Di sisi lain, suatu film di platform streaming memiliki nilai yang sudah ditetapkan. Keselarasan ini menggambarkan transformasi dinamis dalam cara film disajikan dan diakses oleh penonton, menghadirkan pilihan yang lebih beragam dan memberdayakan produsen untuk mengambil risiko lebih kreatif. Dengan demikian, adaptasi industri hiburan menjadi kunci untuk menjaga keberlanjutan baik platform film digital maupun bioskop. Sinergi antara keduanya, dengan memanfaatkan keunggulan masing-masing, dapat menciptakan ekosistem yang kuat dan memberikan pengalaman menonton yang memuaskan bagi penonton modern.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun