Bahasa daerah merupakan aset berharga suatu bangsa. Akan tetapi, paradigma masyarakat sekarang berpikir bahwa bahasa asing memiliki wibawa lebih tinggi dibandingkan bahasa nasional dan bahasa daerah. Dengan kata lain, bahasa daerah berada di prioritas ketiga dalam penggunaannya setelah bahasa nasional dan bahasa asing. Ketika lebih dari satu bahasa dibandingkan dalam pemakaian di masyarakat, terdapat dua kemungkinan yang mungkin terjadi. Kemungkinan kedua bahasa tersebut dapat hidup berdampingan secara setara dan berkesinambungan, tetapi kemungkinan lainnya salah satunya dapat lebih dominan menjadi bahasa mayoritas. Tentunya kemungkinan yang kedua bukan kemungkinan yang positif atau malah dapat menjadi ancaman menuju kepunahannya.Â
Kemungkinan yang kedua menjadi kenyataan di Indonesia dalam kaitan dengan bersandingnya bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah. Aktivitas komunikasi dalam masyarakat multilingual tidak lagi hanya berkiblat pada budaya setempat. Akibatnya, peran bahasa daerah seperti bahasa Jawa, Sunda, Bugis, dan lainnya tidak menjadi prioritas utama dalam komunikasi sehari-hari. Bahasa Jawa hanya hadir dalam komunikasi sosial terbatas, seperti keluarga dan masyarakat seetnis.Â
Untuk menghambat atau mencegah laju kepunahan berbagai bahasa daerah di Indonesia, berbagai upaya pemertahanan dilakukan, termasuk melalui lembaga pendidikan. Lalu, dapatkah bahasa daerah diselamatkan dari kepunahannya melalui pengajaran? Menurut penulis, jawabannya adalah "dapat". Dalam pengajaran bahasa, melalui kebiasaan berbahasa daerah didapatkan dampak lingkungan bahasa dan pengaruhnya terhadap penguasaan bahasa, hal itu dapat meningkatkan kondisi pemakaian bahasa daerah di Indonesia saat ini, khususnya bahasa daerah Jawa, sunda, dan lainnya. Dari beberapa hal tersebut semoga dapat menjadi bahan acuan dan referensi untuk tetap melestarikan warisan budaya Indonesia khususnya bahasa daerah seperti bahasa daerah Bengkulu yang menurut penulis hampir punah karena beberapa faktor yang mendorong dari kepunahan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H