Mohon tunggu...
Julita W Hidayatulloh
Julita W Hidayatulloh Mohon Tunggu... profesional -

Kita adalah sama. Yang membedakan hanya sebuah pemikiran. Legalkah bila kita membunuh manusia karena pemikiran yang berbeda.\r\n\r\nKetua Umum Aliansi Masyarakat Tanpa Perbedaan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Peperangan Sunni VS Syiah dan Wahabi Salafi

4 Agustus 2014   22:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:26 1447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1407139207885823360

Sebelumnya ijinkan saya menulis untuk pertama kalinya di kompasiana ini walaupun saya sudah bergabung dengan kompasiana semenjak tahun 2011. Tulisan pertama saya untuk memberikan keterangan anti klimaks antara perseteruan yang terjadi antara kaum Sunni dan Syiah sekaligus menentang tulisan pendahulu http://hukum.kompasiana.com/2012/11/13/ternyata-risalah-amman-hanya-akal-akalan-syiah-503003.html yang mengatakan Risalah Amman adalah akal-akalan kaum Syiah.

RIASALAH Amman berawal sebagai penjelasan rinci yang dikeluarkan oleh Raja Abdullah II bin al-Husain, di sore hari tanggal 27 Ramadhan 1425 H/ 2 Nopember 2004 di Amman Yordania – lebih dari satu tahun sebelum peledakan Yordan 9-11-2005- tujuannya: untuk mengumumkan kepada public tentang hakekat Islam atau islam yang sejati –menurut pemerintah Yordan-; untuk membersihkan apa-apa yang menempel pada Islam padahal tidak ada kaitannya dengan Islam; menerangkan amal-amal apa yang memerankan Islam dan tidak mencerminkan Islam. tujuannya adalah untuk menjelaskan kepada dunia tentang karakteristik hakekat islam yang sebenarnya.

Siapapun pengikut salah satu dari empat mazhab hukum Islam Suni (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali), dua mazhab hukum Islam Syiah (Ja'fari dan Zaidi), mazhab hukum Islam Ibadhi serta mazhab hukum Islam Zahiri adalah seorang Muslim. Menyatakan pengikut (mazhab) tersebut sebagai kafir adalah hal yang mustahil dan dilarang. Sudah pasti bahwa darah, kehormatan dan hartanya adalah terjaga. Praktik penghalalan darah bagi sesama kaum Muslim yang berbeda tidak boleh sampai terjadi pertumpahan darah.

Apa yang terjadi dengan Buku MUI : ‘Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia’, buku merah atas-nama terbitan MUI ini isinya tidak lebih dari pengulangan fitnah-fitnah klasik terhadap Syiah yang sebenarnya sudah lama tuntas dibicarakan oleh para Ulama Besar Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam berbagai Majelis Ilmu mereka. Buku berwarna merah yang mengatas-namakan terbitan MUI ini isinya sebagian besar terdiri dari hasil kompilasi tulisan dan rangkuman postingan di arrahmah.com, voa-islam.com, eramuslim.com, dll. Selama ini kita umat muslim merasa terdzalimi dengan beberapa website yang cenderung mengarah kepada kepentingan Wahabi-Salafi di berbagai negara yakni membentuk Khilafah Islamiyah.

“Perlu juga di ingat SYIAH dan NU memiliki titik temu di bidang fikih dan tasawuf seperti tahlilan, qunut, maulidan, ziarah kubur, hormati ahlulbait  dll jadi bisa bersatu..

Titik Temu Islam Ahlus Sunnah (NU) dan Islam Syi’ah ada dibidang fikih dan tasawuf serta sama sama anti Wahabi Nejed,” demikian salah satu klaim kaum Syiah dalam sebuah situsnya belum lama ini.

Hari-hari ini adalah momen di mana Syiah mencari tempat pijakan di tubuh NU, dengan alasan memiliki beberasa kesamaan  kultur. Di internet, bisa mudah kita temukan bagaimana kaum Syiah mencari momen ‘meminjam’ tangan NU guna memusuhi sesama Ahlus Sunnah.

Strategi lain dari dakwah Syiah saat ini yang perlu diperhatikan adalah, klaim-klaim Syiah terhadap tradisi sebagian penganut Ahlus Sunnah dan indikasi adu domba antar kelompok.

Isu tentang tradisi atau kultur yang berlaku di kalangan NU, misalnya menjadi semakin marak, ketika Syiah mengklaim sebagian tradisi diamalkan. Tradisi-tradisi yang menjadi isu di antaranya; pembacaan maulid Nabi shallallahu’alaihi Wassallam, diba’an, metode membaca harakat tulisan Arab di kalangan orang Jawa dan lain sebagainya.

Selain itu, Syiah juga ‘bermain’ dengan memunculkan wacana seoalah-olah keturunan Ahlul Bait (Alawiyyin) itu representasi Syiah. Polemik makin serius, sebab pada satu sisi, sebagian tradisi tersebut dipersoalkan oleh satu kelompok dari kalangan Sunni, dan pada sisi lain Syiah tampil seakan-akan membela keabsahan tradisi tersebut.
Apakah masuknya gerakan Wahabi ke Indonesia membawa misi untuk penguasaan politik dan ekonomi, sama halnya di Afghanistan dan Arab Saudi?
.
Menurut Mohammed Arkoun (pemikir Islam kontemporer Maroko), dalam sepuluh tahun ke depan, Indonesia akan menjadi negara Islam terbesar dan terkuat dunia. Nah, tidak menutup kemungkinan, dikirimnya virus-virus paham ekstrem itu ke Indonesia bertujuan untuk menghancurkan negara ini hingga tinggal nama saja. Virus itu memang sengaja disebar dan disuntikkan untuk melumpuhkan kebesaran bangsa ini.
Bagaimana dengan teman-teman, pantaskah kah kita satu bangsa saling mengkafirkan.

Saya kembalikan kepada anda.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun