Hari Rabu (2/03/2010) kita menyaksikan para wakil rakyat ribut dan berantem satu ama lain. Ada yang memakai kata-kata, ada yang menggunakan tangan entah untuk memukul atau melempar. Beberapa waktu yang lalu kita juga melihat penulis buku gurita cikeas, Adi Tjondro berusaha "menampar" seseorang dalam acara launching bukunya.
Sebenarnya banyak peristiwa serupa terjadi dalam kehidupan kita. Mungkin juga kita pernah mengalaminya sendiri. Amuk, amarah, kekerasan, telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam hidup kita. Mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa, negara dan dunia.
Di rumah, orang tua menganiaya anak, suami melakukan kekerasan terhadap istri, atau bahkan sebaliknya. Di sekolah guru bertindak kasar kepada murid, murid bertengkar dengan sesama murid. Di masyarakat kita melihat perampokan, pembunuhan, penjarahan. Bahkan di dalam gedung DPR yang kita pandang sebagai tempat berkumpulnya "bangsawan-vabgsawan masa kini pun, amuk,amarah dan kekerasan terjadi.
Mengapa hal-hal tersebut sampai terjadi? Menurut saya, salah satu faktor penyebab munculnya tindakan agresif, amarah, amuk dan berbagai bentuk kekerasan yang lain adalah adanya rasa frustrasi.
Terkadang kita dihadapkan pada situasi yang mengecewakan kita, situasi yang tidak sesuai dengan harapan kita, dan kita merasa tidak mampu untuk mengubahnya. Atau kita telah berusaha untuk mewujudkan berbagai macam hal yang baik, tapi selalu gagal dengan berbagai sebab. Mungkin juga kita mengalami tekanan; kita dituntut untuk melakukan sesuatu yang berlawanan dengan hati nurani kita, tetapi kita tidak kuasa untuk menolak. Atau kita berada di lingkungan yang sebenarnya tidak kita kehendaki, tapi kita tidak mampu keluar. Dan ketika kita tidak mampu beradaptasi, ketika kita tidak mampu mengendalikan diri lagi, dan ketika hati dan pikiran kita tertutup, kita tidak mampu lagi berpikir secara jernih, tida mampu lagi bersikap tenang, tidak mampu lagi melihat sesuatu dengan terang....dan akhirnya amarah kita memuncak, tangan kita mengep,memukul,melempar,dan yang ada dalam diri kita hanyalah nafsu untuk menghancurkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H