[caption id="attachment_363853" align="alignnone" width="700" caption="Weny Subianto, salah seorang relawan pengajar saat membantu menuliskan cita-cita seorang anak SD, untuk selanjutnya diterbangkan di halaman sekolahnya."][/caption]
MAGETAN – Sedikitnya 12 orang lintas profesi, beradu mahir sebagai ‘pengajar dadakan’ di sejumlah sekolah dasar di Magetan, Senin (29/9) kemarin. Belasan relawan tersebut, datang dari berbagai daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah hingga DI Jogjakarta. ‘’Kami ingin berbagi inspirasi. Bagaimana memantabkan cita-cita pelajar Magetan, supaya bisa menjadi generasi yang membanggakan,’’ terang Diana AV Sasa, seorang relawan pengajar yang datang dari Surabaya.
Wanita yang berprofesi sebagai penulis dan pencetus rumah baca Dbuku ini menandaskan, bergabungnya dia dalam kegiatan ini memberinya pelajaran bahwa kerja kesukarelawanan itu masih memiliki ruh di negeri ini. ‘’Gotong royong sebagaimana Bung Karno pernah sampaikan, anak-anak bangsa itu perlu banyak inspirator dan tauladan dari kita yang dewasa ini.’’ Terang Sasa.
Penulis yang aktif di kegiatan politik ini juga berharap, seluruh relawan mampu mengajak dan mengajarkan anak-anak tersebut, mengenai integritas dan sikap mental yang lebih baik. ‘’Kalian bisa jadi apa saja yang kalian cita-citakan. Jangan takut bila kita miskin, selama ada uku dan kita membacanya, seribu jalan akan terbuka,’’ pesan Sasa yang hari itu kebagian mengajar di SDN Sambirobyong, Kecamatan Sidorejo ini.
Selain Sasa, ada pula Galuh Angga Khrisna, seorang perawat spesialis bedah di RSUD dr Sayyidiman Magetan. Angga mengaku bahwa antusias anak-anak sekolah dasar terhadap sejumlah profesi yang bisa dijalani, cukup tinggi. ‘’Anak-anak banyak bertanya, dan memiliki tekad kuat untuk mengejar cita-citanya itu. Hal inilah yang patut untuk ditekankan sejak dini. This story is amazing, I like this,’’ terang Angga.
Hari itu, sejumlah relawan seolah dibuat pusing dengan sikap lugu anak-anak SD di Magetan tersebut. Weny Subianto, PNS di lingkungan Bappeda Magetan, misalnya. Dia harus membawa foto Bupati Magetan H Sumantri untuk menyosialisasikan apa sebenarnya pekerjaannya. Yakni mengonsep pembangunan yang dipimpin oleh seorang bupati sebuah daerah. ‘’Awalnya saya sempat deg-degan. Tetapi setelah masuk ke kelas, rasanya seperti menyatu. Dan semangat anak-anak ini untuk meraih mimpinya, begitu besar. Kegiatan ini sangat menarik,’’ tandas wanita yang hari itu, menjadi ‘guru dadakan’ di SDN Sendagagung 2, Kecamatan Plaosan.
Selain mengajar, dilakukan pula sejumlah kegiatan positif bagi pelajar sekolah tersebut. Di SDN Sambirobyong, misalnya. Para relawan, hari itu bertindak khusus menjadi petugas upacara bendera hari Senin. Sementara di SDN Sendagagung 2, relawan menyiapkan puluhan balon udara, dan diterbangkan bersama-sama. ‘’Sebelum diterbangkan, balon tersebut ditempeli kertas yang sudah ditulisi cita-cita dari anak-anak. Kami jadikan balon itu refleksi sekaligus simbol, bahwa cita-cita mereka harus diterbangkan tinggi dan diraih dengan optimisme,’’ terang Riska Kartini Dewi, koordinator rombongan belajar SDN Sendagagung 2 Magetan.
Di Magetan sendiri, kegiatan tersebut dibalut dalam konsep Kelas Inspirasi (KI). Sebenarnya, program yang sama, juga dilakukan serentak di Jawa Timur, pada 29 September kemarin. Shelvya Fauziah, koordinator KI Magetan mengatakan, kegiatan ini baru pertama kali diadakan di Magetan.
Meski baru pertama digelar, namun cukup banyak menyedot antusias sejumlah relawan. Seperti 12 relawan pengajar, lima fotografer dan 25 relawan fasilitator. Ke-12 relawan pengajar tersebut, memiliki latarbelakang profesi yang berbeda. Seperti PNS, perawat, pegawai Dinas Perhubungan, pegawai bank, wartawan, apoteker, dosen, peneliti hingga penulis. Lokasi mengajarnya pun, dibagi menjadi lima titik atau lima rombongan belajar. Yakni di SDN Sambirobyong (Kecamatan Sidorejo), SDN Sendangagung 2, SDN Dadi, SDN Sarangan (Kecamatan Plaosan) serta di SDN Sukowidi (Kecamatan Panekan).
Shelvya berharap, kegiatan ini akan berdampak positif, khususnya bagi pelajar sekolah dasar sasaran di Magetan. Walhasil, program nasional yang berawal dari Gerakan Turun Tangan Indonesia Mengajar ini, mampu membawa suasana baru, dalam proses penanaman karakter anak-anak Magetan. ‘’Mudah-mudahan, dengan animo relawan yang cukup besar ini, kegiatan ini akan kembali ada di Magetan. Dan selain itu, dengan terbentuknya relawan perdana ini, akan ada ide-ide lain untuk menunjang semangat anak-anak di Magetan,’’ harap Shelvya.
Kepala SDN Sendangagung 2 Supar mengaku bangga atas digelarnya Kelas Inspirasi ini. Dia berharap, kegiatan tersebut, bisa berlangsung secara kontinyu dan diaplikasikan ke sekolah-sekolah yang lain. ‘’Mudah-mudahan banyak sekolah-sekolah lainnya, yang menjadi sasaran program yang baik ini,’’ harap Supar.
Sebelumnya, kegiatan KI di Magetan ini, mendapat sambutan positif dari Dinas Pendidikan Magetan. Bahkan, KI Magetan diharapkan mampu menjadi pioner untuk membangkitkan motivasi anak-anak didik di Magetan, untuk terus optimis merangkai masa depannya. ‘’Saya sambut baik kegiatan ini. Apalagi seluruhnya dilandasi niat baik untuk sama-sama mengonstruksi landasan berpikir positif bagi generasi penerus di Magetan,’’ ujar Sekretaris Dindik Magetan Djoko Santoso. (*)
Berikut, momen-momen yang kami rekam saat Kelas Inspirasi di SDN Sendangagung 2 Magetan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H