Mohon tunggu...
wesiyadi
wesiyadi Mohon Tunggu... Teknisi - support engineer

belajat membuat game www.wesigear.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sampah Digital di Dunia Internet

16 Februari 2016   19:55 Diperbarui: 16 Februari 2016   20:34 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="www.maswes.com"][/caption]Mungkin kita akan merasa jengkel atau jijik ketika melihat sampah bertaburan pada suatu tempat. Tidak hanya di tanah, sungai dan laut. Bahkan udara kita yang sudah demikian tercemar oleh polusi, sebenarnya istilah lain untuk sampah yang berterbangan di udara.

Anehnya, ada sebagian orang justru senang mengumpulkan sampah. Tentunya dengan kreatif sebuah sampah diolah kembali menjadi barang yang benar-benar berbeda dan dapat dimanfaatkan kembali, upcycling. Atau di daur ulang untuk menjadi bahan baku.

Dikutip dari wikipedia "Sampah merupakan materi sisa yang tidak diinginkan setelah terjadi suatu proses."
Ternyata hal diatas terjadi juga di dunia online, internet. Saya mengistilahkan dengan sebutan sampah dgital, terjemahan bebasnya digital garbage.

Sampah digital adalah data yang sudah tidak digunakan lagi namun tetap disimpan dalam media. Bentuk data antara lain, file dokumen, file gambar, file audio video dan lainnya.

Ada 3 jenis sampah digital di dunia internet berdasarkan pengamatan saya:

1. Situs copas dan sistus auto pilot yang berisi informasi berulang dan tidak penting terpungut oleh mesin pencari. Sehingga kita terus masuk ke situs tersebut, karena selalu tercantum di halaman terbaik mesin pencari.
2. Situs mati yang jumlah mencapai jutaan ditinggalkan begitu saja oleh pemiliknya dalam beberapa tahun. Termasuk banyak situs blog(spot) mati suri yang sia-siakan waktu berselancar.
3. Junk mail yang tidak dihapus masuk dalam kategori sampah. Terkadang pengguna email malas menghapus, sehingga
4. Data pribadi di situs jejaring sosial. Tidak saja Anda yang berhenti menjadi anggota tetapi juga pengguna yang telah meninggal, data tersebut tetap tersimpan selama tahun-tahun. Dan hanya diberi flag invisible membuatnya seolah-olah telah dihapus.
5. Nama domain, identik dengan rumah virtual. Jumlah nama domain mencapai puluhan juta. jutaan yang tidak terurus terbengkalai, karena sudah tidak minati sang pemilik.

Dampak Penumpukan sampah digital...
Bayangkan jika sampah digital tidak dibersihkan dalam server-server web. Berapa trafik sia-sia yang membebani aliran internet? Sampah digital bisa membuat kita tersesat mendapat informasi yang benar, sehingga kehilangan waktu berselancar.
Selain itu, data-data yang tidak berguna ini juga disimpan dalam hard disk. Dimana selalu membutuhkan energi listrik untuk memutar piringan hard disk, setidaknya tetap membuatnya hangat.

Lantas siapa yang harus bertanggung jawab untuk membersihkannya? Tentunya pemilik server web seperti mesin pencari, blog, jejaring sosial yang harus membersihkan sampah tersebut dari server mereka. Apakah mereka akan menghapusnya? Seperti paragraf sebelumnya, beberapa sampah digital bahkan masih dapat digunakan kembali (untuk dijual) tanpa sepengetahuan pemilik data.

Mirip-mirip seperti kehidupan sehari-hari kita memandang sampah di dunia nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun