Loyalitas merupakan sebuah sikap setia dan konsisten terhadap kewajiban yang dibebankan kepada diri seseorang tanpa melihat resiko yang akan menimpa. Rasulullah adalah sosok yang teguh memegang loyalitas tersebut. Dalam segala kegiatan, beliau tidak pernah kehilangan arah untuk melakukan apa yang menjadi tugas utamanya.selalu konsentrasi dan terarah terhadap risalah yang ingin beliau sampaikan.
Kecintaan seorang diplomat terhadap asal negaranya merupakan pendorong lahirnya sebuah loyalitas. Bagi seorang diplomat yang mencintai negerinya akan melihat segala kejahatan-kejahatan dan kelemahan negerinya tak pernah ada karena yang ada dalam benaknya adalah bahwa negrinya adalah baik.
Namun tidak selamanya seorang diplomat sadar bahwa dirinya telah terikat pada disloyalitas tatkala dia melakukan sebuah "kerlinhan sipil" dengan cara mengeksekusi jalur yang sebenarnya tidak menjadi kepedulian dirinya. Bahkan terkadang dia tidak sadar bahwa dirinya telah kehilangan loyalitasnya ketika dia membiarkan dirinya terlibat dalam rivalitas dan friksi personal dengan pimpiann pusatnya yang menimbulkan akibat tidak baik pada hasil yang akan dicapai.Â
Tindakan disloyalitas kebanyakn terjadi karena orang-orang yang ditugaskan dengan sebuah kewajiban tertentu tidak loyal terhadap dirinya sendiri. Dengan cara tidak mengindahkan diktat-diktat kewajiban yang hendak dia lakukan, bahkan dia tidak akan ragu melakukan tindakan-tindakan yang akan memberikan kebahagiaan bagi atasan di negeri tempat asalnya.
Jika kita melihat bagaimana Rasulullah menempatkan loyalitas maka kita akan melihat bahwa Rasulullah menjadikan loyalitasnya hanya kepada Allah. Dan loyalitas kepada yang lain berda dibawah subordanasi loyalitas kepada allah. Hal ini terjadi karena beliau memiliki prinsip sebagaimana Allah firmankan.
"Barang siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, dan dia berbuat baik maka pahalanya ada di sisi Allah dan tidak ada rasa khawatir pada mereka tidak pula mereka bersedih."(QS. Al-Baqarah 2:122).
Oleh karena itu dapat kita menarik benang merahnya bahwa dalam diplomasi sendiri loyalitas memiliki tempat yang khusus karena kesuksesan yang akan dicapai sangat tergantung pada kemampuan untuk menyeimbangkan semua loyalitasnya.
Referensi
Iqbal. Afzal, "Diplomasi Islam", Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Indonesia, 2000. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H