Pengangguran merupakan suatu masalah yang dihadapi banyak negara terutama dengan kepadatan penduduk yang tinggi tak terkecuali di Indonesia. Penyakit perekonomian ini merupakan ujung pangkal dari masalah kemiskinan yang kemudian akan merambah ke masalah lain seperti tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi masyarakat yang semakin rendah. Bukan hanya itu saja, banyaknya pengangguran juga menyebabkan angka beban ketergantungan semakin tinggi. Saat ini tercatat angka beban ketergantungan di Indonesia mencapai 51,3 % (Ir. A. Mufti: Seminar MDGs UB 2011). Artinya setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung beban51 orang yang tidak produktif. Hal ini menjadi kendala dalam pembangunan sumber daya manusia.
Dalam laporan yang dirilis oleh Badan Perburuhan International (ILO) menyebutkan bahwa angka pengangguran di Indonesia tahun 2010 mencapai 9,26 juta jiwa. 10 % dari jumlah tersebut merupakan lulusan sarjana. Ironisnya, tingkat pendidikan yang dulu dianggap sebagai solusi untuk mengatasi kemiskinan dan menjadi harapan banyak rakyat, sekarang malah menjadi beban perekonomian. Tingkat pendidikan sekarang bukanlah jaminan untuk mendapatkan pekerjaan dengan mudah.
Mental yang dibentuk oleh dunia pendidikan pada murid didiknya merupakan mental job seeker, bukan job creator. Inilah yang menyebabkan mindset para lulusan sarjana ini adalah bekerja pada instansi pemerintahan atau perusahaan. Mereka terlalu takut untuk terjun langsung pada bidang wirausaha yang memang memiliki resiko. Namun, inilah jalan yang dapat menyelesaikan masalah pengangguran. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Syarief Hasan mengatakan agar sebuah negara maju dan sejahtera minimal harus memiliki 2 persen wirausaha dari total penduduknya. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 237 juta jiwa, dibutuhkan wirausaha minimal 4,7 juta. Angka ini memang tidak kecil melihat bahwa saat ini wirausaha yang terdapat di Indonesia baru mencapai 0,24 %.
Untuk meningkatkan jumlah wirausaha, dunia pendidikan mempunyai andil besar dalam mencetak para lulusannya untuk menjadi penyedia kerja. Hal ini bisa dicapai dengan meningkatkan mutu lulusan baik soft skillnya maupun hard skillnya. Serta diharapkan para pendidik di perguruan tinggi jangan lagi berorientasi pada penciptaan tenaga kerja, tetapi harus diarahkan penciptaan terhadap lapangan kerja atau kewirausahawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H