Pada suatu hari diadakan sebuah jamuan makan besar di kediaman Layla. Qais yang mendengar berita tersebut lantas bergegas menuju rumah Layla, ia menyelinap diam-diam karena memang tidak diundang. Setibanya Qais di rumah Layla, para warga sudah panjang mengantri, dengan setiap orang membawa satu buah piring dan bergiliran untuk diisikan piringnya -kurang lebih seperti prasmanan- matanya mengawasi segala arah mencari pujaan hatinya.
Hingga matanya mendapat apa yang dicari. Layla berdiri di depan antrian menuangkan semangkuk sup kepada para warga Qais yang melihat itu lantas segera masuk ke dalam antian, dengan tangannya membawa sebuah piring tentu saja.Â
Setelah agak lama berada dalam antrian tiba giliran Qais menyodorkan mangkuknya kepada Layla. Namun alih-alih sup yang didapat, justru dengan tatapan marah Layla membanting piring Qaiskelantai hingga pecah berantakan.
Seluruh isi ruangan tertawa. Mereka menertawakan Qais yang harga dirinya di injak-injak oleh  Layla, ternyata tidak hanya yang hadir yang tertawa Qais pun ikut tertawa. Karena merasa aneh salah seorang di antara mereka menegur Qais.
"wahai Qais si majnun, bagaimana kau masih bisa tertawa sementara harga diri anda di injak-injak?"
"Ya, aku masih bisa tertawa karena aku tahu maksud Layla sebenarnya. Ia memang benar-benar cinta kepdaku," jawab Qais
warga yang mendengar jawaban Qais semakin geram.
"Apakah kau tidak mengerti wahai majnun? Layla jelas menolakmu mentah-mentah bahkan ia membanting piringmu agar kau terhina."
"oh, tidak sungguh sebenarnya kalian yang tidak mengerti. Layla membanting piringku sama sekali bukan untuk menghinaku, justru ia melakukan itu agar aku mengambil piring yang baru dan mengantri sekali lagi. Dengan begitu aku dan Layla bisa berlama-lama saling memandang."
Pada intinya ketika anda merasa yakin, jangan pernah menghilangkan keyakinan itu hanya karena komentar lingkungan. karena mereka hanya tau apa yang mereka lihat. sementara kita benar-benar tau apa yang kita lakukan, komentar orang itu hanyalah sampah dalam suatu kebaikan.