Mohon tunggu...
Mastutin Mastutin
Mastutin Mastutin Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang Guru yang mencoba menulis dan memproyeksikan pengalaman hidup kedalam sebuah kisah atau artikel.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Sulyana di Perpustakaan 89

3 Mei 2023   10:29 Diperbarui: 3 Mei 2023   10:39 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Pamulangan.

Sebuah Desa kecil bernama Pamulangan. Desa ini mulai mahsyur di era tahun 70 an. Sejak orang-orang mulai mempercayai bahwa kampung baru itu akan memberikan kelayakan hidup bagi masa depan mereka. Maka optimistis masyarakatpun terus meningkat. Seiring berjalan waktu. Kampung Karat tanpa kehidupan kini maju perlahan. Semua dapat dibuktikan dengan berdirinya tempat sembahyang, Sekolah, Kantor desa, dan layanan kecil lainnya. Lambat laun kampung ini menjadi sebuah Kota kecil yang ramai dan padat.

Namun, ada secuil kisah  horor di satu sisi Kota ini. Semua bermula dengan dibangunnya sebuah sekolah pertama. Selayaknya sekolah, badan komite juga membangun sebuah perpustakaan kecil yang diberi nama Pustaka Aksara. Sejak dibangunnya perpustakaan sekolah ini, banyak orang-orang yang memiliki semangat membaca yang tak terbendung, bukan hanya dari kalangan siswa di sekolah itu, namun juga dari masyarakat umum. Sehingga dalam beberapa tahun koleksi di perpustakaan ini meningkat pesat.

Hingga pada suatu hari, Seorang gadis berusia 16 tahun-bernama Sulyana tewas di perpustakaan tersebut. Namun pihak Komite dan dewan sekolah beserta pihak berwajib sepakat merahasiakan peristiwa terbunuhnya Sulyana. Setelah kejadian tersebut pihak Polisi menutup perpustakaan kecil itu dengan sepihak. Perpustakaan yang menjadi wadah menuntut ilmu itu kini tinggal kenangan. warga hanya bisa mengintip dari jendela perpustakaan itu dengan harapan kosong. Dalam benak mereka semua, perpustakaan itu menjadi kuburan bagi Sulayana. Sama halnya seperti mereka mengubur harapan ilmu mereka di perpustkaan tersebut.

....

Pada Tahun 2000-an seorang perempuan bernama Ayyi pulang ke kampung halamanya. Ia merupakan putri Kepala Desa di Pamulangan. Ayyi merupakan gadis sederhana yang memiliki hoby menulis yang akut. Bukan hanya Menulis ia juga terkenal dengan Si Kutu buku. 

Kepulangan Ayyi bukan tanpa sebab. Ia ingin menuliskan kisah terbentuknya kampung Halamanya tersebut. Kendati Ayyi selalu tinggal di perkotaan besar. Ayyi tetap mudik tiap tahun ke kampung kelahirannya. Gadis ini lahir bersamaan di mana tragedi 89 itu terjadi. Ada sebersik firasat yang tidak mampu dijelaskannya. Firasat itu berkecamuk di Hatinya dan selalu menjadi mimpi gelap baginya. seolah-olah seseorang bertubuh basah kuyup tanpa kepala selalu memanggilnya dari sudut ruang tidurnya.

Sesampainya di kampung halamannya, Ayyi tak lupa mampir ke rumah kakek Tujio. Kakek Tujio pernah menjadi bagian kecil dari ingatannya. Karena titah kakek lah ia kemudian di titipkan ke kota oleh Ayahnya. Ada beberapa pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada Kek Tujio. Namun, Kerap ia diacuhkan oleh kek Tujio. Karena Ayyi bukan merupakan gadis yang pantang menyerah. Ia terus berusaha untuk menemui Pria Tua tersebut. 

...

"Kek...Kakek....' ada yang mau saya tanyakan ke kakek.....!, gep Ayyi saat kakek dari hutan.

Kek Tujio, tak menggubrisnya. Ia bahkan menganggap Ayyi tak ada. Ia justru berjalan lebih cepat.

Kek Tujio mendadak berhenti, hingga Ayyi menubruk tubuh renta itu.
Bugh!!!. Aduh. Ayyi terjatuh ke tanah. Kaca matanya pun terlepas. Ia berusaha meraih kacamatanya. Saat Ia melihat ke arah kakek, Samar-samar ia melihat sosok yang kerap datang ke mimpinya.

Tak lama, tanggan Ke Tujio meraih Tangan Ayyi dan memberikan Kaca matanya.

Dengan Degub Jantung yang kuat, Ayyi berusaha menenangkan diri.

"Kenapa kamu pulang sekarang. Seharusnya kamu tidak pernah kembali ke Desa ini". Ketus ke Tujio.

Ayyi terdiam. sambil sesekali melihat sekelilingnya. Ia merasa ada mata lain yang melihat pertemuanya dengan Kek Tujio.

"mmm....Saya mau ngobrol sama kakek" nadanya bergetar.

"Temui saya besok malam di Sekolah. jangan lewat jam 9." Tegas kek Tujio. lalu pergi.

Ayyi melihat kek Tujio berlalu di telan rerimbunan pohon Jati.

....

Ayyi semakin penasaran dengan semua Firasat, Kek Tujio, Dan Gadis Basah tanpa kepala tersebut. Semua mimpinya dia alami sejak usianya 9 tahun. Persis terjadi pertama kali ketika ia Baru Merasakan Menstruasi. Ia mulai mencari informasi di Komputernya.
Google"Desa Pamulangan tahun 89"

Ia kemudian menemukan sebuah artikel yang terkunci. Menunjukan Artikel yang rahasia. Hanya beberapa orang bisa melihat artikel tersebut dengan beberapa syarat dan ketentuan. Ayyi mulai Log In dan menyepakati ketentuan untuk masuk ke Web artikel tersebut.  Jiwa penasarannya semakin kuat. Saat mulai ditemukannya kalimat" Dia Di Bunuh atau Terbunuh" Sebuah dosa Besar di Perpustakaan Aksara- 89'".

Perpustakaan Aksara

Pencarianya terhenti. Mengingat bahwa perpustakaan itu berada di Desanya. Desa Pamulangan. 

Ayyi teringat janji malam ini. jam 9 malam. Ia harus bergegas untuk menemui kek Tujio. Ayyi berlari keluar menuju Sekolah yang dibangun pada tahun 70 an tersebut. Dibenaknya, mengapa harus ditutup dalam waktu yang singkat. 89. Ini aneh, Pikirnya dalam hati.

Ayyi sampai di gapura  Sekolah tersebut yang sudah berlumut tebal. Samar-samar tulisan Aksara masih terlihat. Angin tiba-tiba seolah membelai rambut Ayyi. Ada perasaan yang berbeda merasuk ke dalam Jiwa Ayyi. "Apa ini," Tandas Ayyi. Ia memejamkan mata meyakinkan dirinya bahwa Ia pasti menemukan semua jawaban atas Firasatnya itu. Tiba-Tiba...
Tangan Menepuk bahu Ayyi.

"AAAA...." Ayyi terkejut sejadi-jadinya... ternyata Kek Tujio.

Kakek.....nafasnya terasa berat.

"Jangan pernah pergi kesini sendirian. nanti kamu gak bisa pulang lagi". Suara tegas kek Tujio.

Tanpa melanjutkan pembicaraan, Kek Tujio melanjutkan langkahnya ke arah Selatan mengarah sebuah gedung berukuran 6x8 meter yang beratapkan genteng tua. Perpustakaan itu sangat gelap, tua, tak terurus. sawangan begitu tebal. Aroma debu begitu pekat terasa. Ayyi mulai melirik ke arah Kek Tujio. seolah-olah dia bertanya kenapa mereka di sini. Kek Tujio masih melihat-lihat ke arah dalam Perpustakaan tersebut. Dengan mengarahkan Lampu Senter ke salah satu sudut Meja dan rak buku. Kek Tujio berkata" Di sana Dia sampai sekarang".

Ayyi menatap ke arah sudut itu, Ia melihat begitu tajam dan Fokus ke arah perpustakaan itu. Sampai tiba-tiba.
Gubraaaaaaakkk.... Seonggok Kepala dengan lumuran darah terjatuh dari langit-langit. Ayyi terkejut sejadi-jadinya. dan Lari sekencang-kencangnya meninggalkan kek Tujio di perpustakaan itu. Ayyi benar-benar mau mati saking terkejutnya melihat hantu kepala tersebut. Ia dengan cepat masuk ke kamar dan mengunci pintunya. Meraih gelas berisi air putih di mejanya, dan menenggak habis tak bersisa. 

Ayyi benar-benar berada di fase Depresi saat itu. Dia menutup diri dengan selimut. berharap dia bisa tidur nyeyak dan melupakan kejadian itu. Namun semakin berusaha menutup matanya, semakin ia merasa di awasi oleh makhluk itu. Suasana sunyi malam itu terpecahkan dengan suara samar memanggil namanya.

Ayyi.....Ayyiiii.....Ayyii....

Ia terbangun dari mimpinya sekali lagi. 

Hanya mimpi. Tandasnya dalam hati. Ia menghela nafas. sedikit lega namun sangat lelah. Sampai Ketika, Ia merasakan tubuhnya berair. samakin lama semakin basah. Semakin disentuh semakin banyak air yang mengalir dari telinga, hidung, dan jari jemarinya. hingga membajiri kamar dan menenggelamkan tubuhnya. Ia berusaha meraih nafas. Mencoba membuka pintu kamarnya. Namun semua sia-sia. Sampai ia merasa putus asa. Air di paru-parunya serasa penuh. Ia pasti mati tenggelam.

Seonggok tangan tiba-tiba meraih tangannya dan memeluk nya.

Ia kembali terbangun. Ia terkejut. Ini mimpi. Apa yang salah dengan ku. Ayyi menangis.

Ia berlalu ke kamar mandi. melihat dirinya yang urak-urakan di cermin usangnya. Ia perlahan mengusap cermin berembun itu. menatap diri di setiap lekukan wajahnya. mata, hidung, pipi, kening, dagu. Dan ia menangis lagi. Ia mendudukan tubuhnya ke lantai kamar mandi. Defresi yang kuat menjadikannya semakin lemah dan ingin menyerah. Namun dirinya tak kuasa. Ia terus menangis sampai puas.

BERSAMBUNG...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun