Selama lebih dari setengah abad Indonesia merdeka, tentunya sangatlah sedih melihat kondisi pendidikan di Indonesia yang sangat memprihatinkan. Jauh sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945, seorang anak bangsa yg terlahir untuk memperjuangkan pendidikan di bumi pertiwi kita ini yaitu Ki Hadjar Dewantara, pahlawan nasional yang dihormati sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia telah bersusah payah berjuang melawan pihak belanda saat itu demi terpenuhinya pendidikan di Indonesia, khususnya bagi masyarakat pribumi jelata.
Melihat keadaan Indonesia saat ini memang sangat menyedihkan, Bukan hanya permasalahan sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia, bahkan orang-orang yang seharusnya menjamin pendidikan di indonesiapun justru mencuri hak-hak anak-anak bangsa dengan melakukan korupsi dana pendidikan yang seharusnya dapat dimanfaatkan bersama untuk kepentingan generasi muda Indonesia.
Pendidikan yang hanya terpusat atau terfokus di daerah perkotaan atau yang mudah terjangkau merupakan permasalahan utama di Indonesia. Sementara di daerah terpencil atau daerah perbatasan justru kurang perhatian bahkan dicampakkan. Lebih parah lagi, banyak anak-anak bangsa di daerah perbatasan yang tidak mengenal akan bangsa dan negaranya sendiri apalagi mengenai pengetahuan umum. Bayangkan jikalau Negara tetangga kita secara diam-diam memerhatikan masyarakat perbatasan dibanding pemerintah kita dan mengintervensi mereka, saya yakin aka ada pulau sipadan dan ligitan part II. Bahkan puluhan tahun kedepan ratusan bahkan ribuan pulau-pulau terluar Indonesia akan diambil alih oleh Negara lain. Ini semua karena masalah Negara kita yang menganggap sederhana permasalahan akan perlunya perhatian lebih untuk masyarakat di daerah terpencil dan perbatasan padahal perhatian itu sangat dibutuhkan agar tidak terjadi diskriminasi dan kesenjangan yang jauh.
Kembali ke permasalahan pendidikan di Indonesia yang masih sangat kurang akan perhatian dari pemerintah. Kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang mulai terlihat hidungnya di daerah pelosok belumlah cukup untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa kita. Pemerintah juga perlu memperhatikan tenaga pengajar yang dikirim ke daerah tersebut, bukannya mengirim tenaga pengajar yang professional tetapi mengirim tenaga pengajar yang memiliki masalah di daerah perkotaan sebelumnya dan dimutasi ke daerah pelosok, itu yang banyak terjadi saat ini.
Keadaan ini juga disebabkan karena keterbatasan infrastruktur dan keterasingan daerah pelosok yang menyebabkan rasa enggan tenaga pengajar disana. Indonesia butuh tenaga pengajar yang betul-betul ikhlas dan tersentuh hati nuraninya akan kemirisan pendidikan di Indonesia khususnya di daerah pelosok. Masyarakat bukan hanya pemerintah harus meningkatkan perhatian terhadap saudara-saudara kita di daerah pelosok baik dari segi pendidikan maupun kesejahteraan. Selain memerhatikan kondisi pendidikan bagi anak-anak bangsa, pemerintah sangat perlu memerhatikan kesejahtraan tenaga pengajar kita khususnya yang berjuang di teras luar Negara kita.
Yang juga perlu dilakukan adalah mendengarkan berbagai suara-suara mereka yang selama ini seakan lenyap, lalu menyerap makna di sekitar mereka, untuk kemudian memberikan mereka keleluasaan untuk berusaha, tanpa harus ada kekhawatiran akan kian massifnya para pendatang di sektor ekonomi.
Saya berharap dikepemimpinan Presiden Jokowi ini dengan program Nawacitanya akan dirasakan dampak positifnya oleh seluruh masyarakat khususnya di daerah pelosok. Harapan saya jauh kedepan Indonesia menjadi lebih baik sumber daya manusianya, semua itu dapat terwujud jikalau dimulai dari sekarang yaitu menigkatkan mutu pendidikan anak-anak bangsa. Bukan hanya di Ibu Kota, tetapi juga di daerah pelosok dan perbatasan. Oleh karena itu mari kita semua tumbuhkan rasa sadar dan cinta kita terhadap sebangsa dan setanah air kita. Kita satukan niat kita untuk membangun Indonesia yang jauh lebih baik kedepan, kita bulatkan tekad bersama untuk mempertahankan dan melanjutkan apa yang telah ada saat ini, kemudian marilah kita melangkah bersama-sama sebagai generasi muda untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan para pendahulu kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H