Libur lebaran, saya memboyong keluarga berlibur di Jakarta. Dua hari lamanya kami menikmati segala fasilitas dan insfrstruktur yang ada di Ibukota negara ini.
Berubah total, itu yang kesan pertama saya ketika menjelajahi Jakarta hari ini, seakan mengingatkan memori sekitar 30 tahunan yang lalu saya tumbuh di sebuah perkampungan di pinggir Kuningan, Jakarta Selatan.
Jakarta dulu adalah Jakarta yang idientik kumuh dan diikuti sekelumit masalah sosial lainnya. Jakarta hari ini begitu modern, dengan segala fasilitas, dan ikon-ikon kota yang terus dibangun.
Yang paling fenomenal tentu adalah Moda Rayu Terpadu (MRT) yang baru diresmikan Presiden Joko Widodo beberapa bulan lalu, tak kalah seperti yang ada di London, dan kota-kota besar lainnya di eropa maupun asia.
Bicara kemajuan suatu bangsa, saya jadi teringat revolusi infsrastruktur Amerika pasca perang dunia II silam, yaitu proyek US Highway.
Dwight Eisenhower, Presiden ke-34 Amerika yang menjadi pendobrak dan penggerak dalam pembangunan di Amerika Serikat saat itu.
Yang dilakukan Dwight Eisenhower atau akrab disapa Ike saat ia menjabat sebagai presiden adalah membangun jalan bebas hambatan, yang menembus setiap negara.
Jalan jalan raya yang ada di Amerika saat itu kata Eisenhower sudah ketinggalan jaman karena dibuat berdasar jalan setapak suku Indian, tanpa rencana yang menyeluruh.
"Jalan jalan yang ada dibuat untuk memenuhi keperluan lokal, dalam era trans-kontinental. Setiap tahun ratusan jam terbuang karena kemacetan lalu lintas, jalur yang harus dialihkan dan lain lain. Ini berarti pemborosan milyaran dolar," katanya.
Proyek ambisius itu dibangun, membelah daratan Amerika, dari barat ke timur, dari utara ke selatan. Membelah-belah seluruh daratan Amerika. Total panjangnya 48.000 kilo meter. Sama halnya membangun jalan bebas hambatan Sabang sampai Merauke 8 kali bolak balik.