Salah satu kebutuhan utama yang menjadi perhatian para orangtua adalah masalah pendidikan. Masalahnya adalah biaya pendidikan semakin hari semakin mahal. Untuk itulah setiap orangtua hendaknya menyisihkan sebagian rezekinya untuk menyiapkan dana pendidikan sehingga saat anaknya masu masuk sekolah semuanya sudah siap. Pertanyaannya adalah, bagaimana cara menyiapkan dana pendidikan?
Pertama, dengan cara menabung. Ingat, nabung di bank ya. Emang ada yang hari gini masih nabung pakai celengan ayam? Eh, jangan salah. Jangankan nabung pakai celengan ayam. Lha wong yang tidak nabung saja banyak, kok. Jangan salah juga ya, orang tak nabung terkadang juga bukannya dia tidak bisa nabung. Tapi banyak diantaranya karena tidak sadar, tidak mengerti tentang perencanaan keuangan. Sekarang banyak produk banyak bank yang menawarkan produk tabungan pendidikan.
Apa kelebihan nabung ini? Kelebihan nabung dana ini dapat ditarik kapan saja alias fleksibel. Jadi sewaktu-waktu butuh gampang ngambilnya (likuid). Tapikelebihan juga bisa menjadi kelemahan lho, ya. Soalnya ada saja orang yang bawaannya pingin ngambilin duit mulu. Kalau sudah begini kan nggak jadi nabung, kan? Kelemahan nabung adalah dia tergerus inflasi.
Memang benar, secara nominal uang kita bertambah. Tapi secara nilai kan menyusut. Kita tau kan, sejuta hari ini nilainya lebih besar dari sepuluh tahun yang akan datang. Jadi kalau mau menyiapkan dana pendidikan dengan cara nabung harus dihitung benar prediksi angka inflasinya untuk mengetahui perkiraan biaya pendidikan sepuluh tahun yang akan datang misalnya sehingga kita tau berapa seharusnya kita nabung per bulan untuk menutup biaya itu. Kelemahan lainnya dari nabung adalah dalam jumlah tertentu ia dikenakan pajak. Jadi tekor dua kali ya? Sudah kena inflasi, kena pajak pula. Tapi bagaimana pun ini masih lebih bagus ketimbang sama sekali tidak nabung. Setuju? Eh, satu lagi seandainya di tengah perjalanan si penabung ini meninggal, tabungannya pasti stop. Ya, kan? Belum ada ceritanya orang mati masih transfer uang dari alam kubur.
Kedua, dengan cara berinvestasi. Ada banyak cara untuk bernvestasi. Ada yang berinvestasi dengan membeli tanah, ada yang menamkannya untuk modal usaha, ada yang menyimpan uang dengan membeli emas. Atau anda juga bisa membeli produk investasi tertentu. Bermain saham sendiri misalnya. Atau beli reksadana. Dengan cara seperti ini, dalam beberapa tahun ke depan kita akan mendapatkan keuntungan berlipat.
Apakah keuntunganya dapat mengalahkan pajak dan inflasi? Ya. Tentu saja bisa. Jadi bagus dong, dan lebih bagus dari nabung? Betul sekali. Sangat bagus. Masalahnya adalah, terkadang semua itu butuh modal yang banyak. Kemudian untuk main investasi sendiri terkadang terlalu rumit, nggak ngerti ilmunya. Kalau meninggal bagaimana? Tentu saja tergantung jenis investasi yang di pilih, kan? Kalau dia belikan emas atau tanah, nilai tanah itu tentu terus berkembang seiring dengan perkembangan perekonomian.
Ketiga, dengan cara asuransi. Cara ini terbilang cara paling praktis dan menguntungkan. Mengapa? Nilai tunai yang didapat melebihi tabungan, bahkan deposito sekalipun. Ia juga mengalahkan inflasi dan pajak. Asuransi ini sebenarnya masuk katagori model investasi. Perbedaannya di sini ditambahkan dengan manfaat tambahan berupa proteksi.
Bagaimana jika orang yang bersangkutan meninggal? Inilah hebatnya asuransi. Jika orang yang bersangkutan meninggal, maka dibebaskan setor dan manfaatnya tetap berlanjut. Jadi setoran bulanan diteruskan oleh perusahaan asuransi sampai akhir masa kontrak. Bahkan bukan hanya kalau yang bersangkutan meninggal saja. Jika yang bersangkutan terkena penyakit kritis yang membuat dia kehilangan mata pencaharian juga dibebaskan dari membayar premi. Jadi sekali membeli asuransi berarti kita telah menjamin keberlangsungan pendidikan anak, baik kita ada (masih hidup),maupun kita tak ada (meninggal). Demikian, semoga bermanfaat.[] sumber: www.kabarasuransi.com atau klik link:http://kabarasuransi.com/category/asuransi-pendidikan/
Butuh bantuan, silahkan hubungi saya:
Tohirin
Hp: 081906091083, PIN BB: 7D14F433
Email: lagilagimasto@gmail.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H