85% penderita kanker keluarganya bangkrut (Kompas, 17/12/2011). Penyakit kritis sama dengan biaya mahal. 20% masyarakat kalangan menengah ke atas uangnya habis untuk mengobati penyakit krtisi. Kita sering mendengar seloroh: “Sakit kok pilek, nggak keren banget. Kalau mau sakit jantung atau kanker dong...” Penyakit jantung, kanker, dan penyakit kritis lainnya konon adalah penyakitnya orang kaya. Jadi di situlah “keren”-nya. Selorohan ini tentu sekedar candaan, atau lebih tepatnya menggambarkan bahwa penyakit kritis adalah penyakit yang biaya berobatnya sangat mahal yang hanya orang kayalah yang mampu menanggung biayanya. Masalahnya adalah penyakit ini tak kenal kasta. Tidak kaya, tidak miskin, tidak pejabat, tidak rakyat, semuanya bisa terancam penyakit ganas ini. Bagi yang kaya rata-rata mengalami kebangkrutan. Lantas bagaimana dengan yang miskin?
Indonesia adalah negara yang rawan dengan penyakit kritis. World Health Organization (WHO) dan World Bank memperkirakan, 12 juta penduduk Indonesia didiagnosa menderita penyakit kritis tahun lalu. Sementara itu, tahun 2008, ada 36,1 juta orang meninggal dunia akibat penyakit kritis. Berdasarkan banyaknya penderita, penyakit kritis pada urutan pertama di Indonesia adalah jantung, kanker dan tumor, serta hipertensi. Berdasarkan prediksi Kementerian Kesehatan tahun 2011, jumlah penderita kanker akan mendekati penyakit jantung dan stroke, yaitu sekitar 230 ribu. Sementara itu, jumlah pasien kanker, penyakit jantung, dan stroke diproyeksikan mencapai 750 ribu.
Menurut Dr Hendrawan, begitu terdiagnosa penyakit kritis, harus segera ditangani. Biaya pengobatannya pun lebih murah. Sayangnya kebanyakan orang mengacuhkan begitu saja. Bahkan banyak yang tidak mengetahui kalau dia mulai terjangkit oleh penyakit ganas ini. Rata-rata tahu setelah penyakit ini masuk stadium lanjut (gawat). Kalau sudah begini, biaya pengobatan pun menjadi mahalnya selangit. Ironisnya, yang sembuh pun kebanyakan tak bisa pulih normal. Banyak diantara mereka yang mengalami cacat total.
Lantas apa solusinya? Solusinya tentu saja jaga kesehatan dan membiasakan diri dengan pola hidup sehat. Sayangnya kebanyakan masyarakat kita acuh dengan hal ini. Nah, kalau sudah begini, maka tak ada solusi lain kecuali harus siap uang, siap dana untuk berobat. Persoalaanya adalah dananya tidak cukup hanya ratusan atau puluhan juta. Penyakit kritis minimal menghabiskan dana ratusan bahkan sampai miliaran. Bagiamana kita mendapatkan dana sebesar ini? Menabung saja tidaklah cukup. Satu-satunya jalan keluar adalah kita menyisihkan dan untuk mengikuti program asuransi.
Salah satu produk asuransi yang sangat rekomended adalah SmartMed Premier. Produk ini merupakan asuransi kesehatan (ASKES) murni dari Allianz, perusahaan asuransi kawak dan terpercaya. SmartMed menanggung biaya rawat inap untuk semua jenis penyakit hingga 6 miliar per tahun. SmartMed dapat digunakan untuk berobat di semua rumah sakit jaringan Allianz di Indonesia, Malaysia, dan Singapura dengan fasilitas kartu gesek (cashless). Untuk di luar tiga negara tersebut dan di luar rumah sakit jaringan Allianz menggunakan sistem reimburse. Tapi jangan khawatir, untuk reimburse sekarang bisa via android melalui aplikasi Allianz eAZy Claim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H