Setiap daerah pasti memiliki ciri khas masing-masing akan kebudayaan baik dalam segi kesenian maupun adat istiadat. Kesenian dapat dijadikan sebagai media komunikasi dan dakwah pada masa penyebaran agama Islam di berbagai daerah di Indonesia. Kebanyakan kesenian ini merupakan adaptasi kesenian dari Bangsa Arab yang merupakan Bangsa asal agama islam diajarkan. Para utusan dari Bangsa Arab disebar ke seluruh penjuru dunia untuk menyebarkan agama Islam yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW, kemudian diteruskan oleh para sahabatnya yang berstatus sebagai Khalifah sepeninggal Nabi Muhammad SAW.
Para utusan ini kemudian menyebarkan agama Islam ke seluruh penjuru dunia, dari Negara yang telah berbudaya tinggi pada masa itu, seperti Negara-negara Eropa, Amerika dan sederet Negara maju lainnya yang pada masa itu Masuknya Islam ke Eropa telah dimulai dari sejak berabad-abad yang lalu. Diawali oleh penaklukan negara Andalusia (756-1492) di Semenanjung Iberia, dan kemudian melalui Sisilia, serta penguasaan wilayah Balkan oleh kekhalifahan Utsmaniyyah (1389) memungkinkan terjadinya hubungantimbal balik antara kedua masyarakat itu. Kehadiran islam di Eropa kemudian berlanjut dari imigrasi umat Islam dari negara-negara Islam ke Eropa pasca Perang Dunia Kedua. Kehadiran Islam di Eropa sebenarnya telah dimulai sejak berabad abad yang lalu. Islam mempunyai pengaruh yang kuat saat itu di Eropa, di buktikan dengan banyaknya buku-buku dan peninggalan sejarah islam di sana. Tetapi rintangan yang dihadapi juga tidak sedikit, mengingat bangsa Eropa yang merupakan Mayoritas penganut agaman Kristiani.
Selain Negara yang memiliki kebudayaan tinggi saat itu seperti Eropa, penyebaran agama islam juga menyentuh daerah-daerah yang masih terisolir dan menjadi mangsa empuk bangsa Eropa untuk mengeruk kekayaan dengan cara menjajah daerah kecil tersebut. Daerah-daerah kecil itu contohnya adalah cikal bakal dari Negara Indonesia, karna Indonesia terdiri atas rangkaian pulau-pulau yang yang disekat oleh selat-selat kecil. Walaupun merupakan daerah yang terisolir, namun rakyat Indonesia pada saat itu telah memiliki kebudayaan local yang tinggi, salah satunya dalam bidang kesenian. Utusan arab melihat potensi ini kemudian mengasimilasikan teori penyebaran agama islam dengan kesenian yang dimiliki oleh rakyat, tujuannya agar rakyat lebih cepat menerima pesan atau ajaran yang disampaikan.
Hingga utusan penyebar agama islam ini sampai di pulau Sumbawa yang merupakan salah satu pulau yang ada dirangkaian kepulauan Nusa Tenggara. Para utusan ini tentu bukanlah utusan arab langsung, tapi merupakan para wali dari pulau Jawa yang telah mempelajari secara mendalam dari setiap seluk beluk agama islam, baik dari utusan Arab yang datang ke daerahnya, maupun dengan keinginan sendiri untuk pergi ke Negara Arab untuk langsung mempelajarinya. Para utusan ini mempelajari pola kebudayaan masyarakat Sumbawa dan mendapatkan cela melalui jalur kesenian, maka terciptalah Sakeco atau Ratib yang merupakan seni memainkan alat music sembari bernyanyi yang cikal bakalnya telah ada di Negara Arab (Mekkah). Sakeco awalnya menggunakan bahasa arab yang berisi pujian dan Shalawat pada nabi besar Muhammad SAW. Kemudian berasimilasi dengan kebudayaan Sumbawa, sehingga sakeco yang kita kenal sampai hari ini sudah menggunakan Bahasa Sumbawa, dan liriknya sudah bermacam-macam, bukan Cuma bidang keagamaan, tetapi juga pendidikan, budaya, pariwisata daerah, kekayaan alam, pergaulan muda-mudi dan masih banyak lagi tema lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H