Hakikatnya, manusia akan selalu menemui perbedaan dalam setiap lini kehidupannya, baik itu perbedaan di lingkungan rumah, sekolah masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam tulisan saya yang satu ini, akan membahas tentang perbedaan-perbedaan yang ada dalam dalam salah satu lini kehidupan di atas, yaitu kehidupan sekolah. Sekolah merupakan salah satu instansi yang di dalamnya terdapat banyak perbedaan, baik dari lapisan guru maupun siswa. Dari kalangan siswa misalnya, mereka terkumpul dalam satu kelas yang terdiri atas berbagai asal daerah, agama, budaya, dan kebiasaan yang berbeda-beda dan memiliki kekhasan masing-masing dan pasti setiap dari mereka sangat menjunjung setiap hal yang menjadi ciri dari diri mereka pribadi maupun kelompok mereka.
Tak heran jika semasa sekolah dulu kita sering menjumpai genk sekolah atau sekelompok anak yang mengelompokkan diri mereka dengan berbagai alasan dan pertimbangan yang mereka ciptakan sendiri. Tapi bukan atas dasar perbedaan seperti agama, daerah, adat maupun kebiasaan, tetapi mereka lebih mengelompokkan diri atas cirri fisik, kekayaan, nama baik, maupun kepopuleran yang mereka miliki ketika bersekolah. Pengelompokkan diri yang semacam ini sungguh tidak sesuai dengan pndidikan multiculturalism yang mngajarkan persatuan secara menyeluruh dan bukannya berkelompok-kelompok seperti halnya geng tersebut. Seharusnya anak-anak tersebut bisa menyatu secara menyeluruh tanpa mengelompokkan diri seperti itu.
Pada hakikatnya multikulturalisme mengajarkan bagaimana kita sebagai individu-individu yang berbeda dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan bijaksana dan menjadikan perbedaan itu menjadi kekayaan yang jika semakin beraneka ragam perbedaan itu, maka akan semakin kaya kita. Itupun perbedaan yang ada di sekolah, seharusnya perbedaan yang dimiliki dalam satu kelas itu di jadikan suatu karya, atau paling tidak sesama siswa itu bisa saling berbagi kebudayaan dan saling mempelajari kebudayaan satu sama lain sehingga menambah wawasan mereka terhadap kebudayaan orang lain karna langsung bisa bertanya pada pemilik budaya itu sendiri.
Dalam multikuturalisme di sekolah juga mengajarkan pada anak untuk menekan rasa ego mereka sendiri dan menjadi pupuk bagi mereka untuk menghadapi kehidupan multicultural sebenarnya yang ada dalam masyarakat, sehingga jika mereka nantinya akan terjun dalam masyarakat mereka tidak akan kaget dengan segala macam perbedaan   yang ada, dan malah mereka bisa menjadi orang yang menjelaskan bagaimana seharusnya masyarakat dalam menghadapi perbedaan dan menjadikannya menjadi kekayaan sosial dalam masyarakatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H