Mohon tunggu...
Masterpendidikan
Masterpendidikan Mohon Tunggu... lainnya -

tentang berbagai informasi, pendidikan, resensi, penelitian, beasiswa, bisnis, buku, produk, artikel, thesis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konfusius

7 Desember 2012   03:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:04 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konfusius atau Kong Fu Tse (551-475 sebelum Masehi) adalah seorang ahli etika*. Ia dilahirkan di daerah Lu, di Shantung. Berlainan dengan Lao Tse, maka Konfusius mengajarkan tentang Li (=etiket, kewajiban), hal-hal yang praktis dalam hidup sehari-hari. Ajarannya dapat dipahami oleh setiap orang, tidak sukar seperti ajaran Lao Tse.

Menurut Konfusius manusia itu harus bertindak sesuai dengan kedudukannya masing-masing. Raja harus bertindak seperti raja, tentara sesuai dengan kedudukannya sebagai tentara, pegawai seperti pegawai, guru sepergi guru dan sebagainya.

Masing-masing harus mengenal tempatnya sendiri dalam lingkungan hidup dan dengan penuh kesadaran menjalankan tugas masing-masing dengan sebaik-baiknya. Orang yang lebih tinggi derajatnya harus memegang teguh Yen, maksudnya dapat meraba hati orang yang derajatnya rendah dengan penuh rasa peri kemanusiaan serta rasa kasih sayang.

Rasa hormat dan memuliakan (K. Menyebutnya Hiao) adalah kebajikan hidup yang tertinggi nilainya. Hubungan kekeluargaan antara anak dan orangtua diatur dengan yang disebut Hiao itu. Secara tidak langsung hendaknya segala pergaulan hidup yang lain mengalami jenis penghormatan suci, seperti: penghormatan seorang pegawai kepada raja, seorang sahabat kepada temannya, seorang adik kepada kakaknya dan sebagainya.

Dengan jalan demikian menurut Konfusius negara akan aman dan damai, terhindar dari malapetaka, karena sikap orang tahu benar apa yang harus dikerjakannya.

Konfusius selanjutnya mengajarkan kepada penganut-penganutnya, agar dalam segala hal mereka harus berpedoman pada segala peraturan yang disusun oleh nenek moyang.

Leluhur itulah yang menjadikan teladan. Tradisi menguasai pandangan hidup mereka. Itulah sebabnya makapenganut-penganut ajaran Konfusius bersifat statis, tidak memandang ke muka, melainkan menoleh ke belakang ke alam yang telah silam.

Konfusius berhasil mengumpulkan berbagai kesusastraan Cina yang disusunnnya menjadi empat jilid.


  1. Buku tentang sejarah
  2. Buku yang berisi syair-syair
  3. Buku tentang upacara-upacara, yang merupakan cermin kesusilaan.
  4. Buku tentang metamorfosa

Bukunya yang kelima adalah hasil karya sendiri mengenai sejarah Lu, daerah kelahirannya. Kelima buku itu dipandang sebagai buku suci dan menjadi dasar pendidikan Cina seluruhnya.

Sumber yang utama tentang Konfusius serta ajarannya terdapat di ”Loen Ju” yang berisi pembicaraan-pembicaraan Konfusius dengan murid-muridnya dan ± pada tahun 400 sebelum Masehi telah dibukukan.

*) Etika, Etik= Filsafat kesusilaan, ilmu kesusilaan, ilmu tentang ”baik dan buruk”.

Sumber: I. Djumhur, H.Danasuparta. 1976. Sejarah Pendidikan. CV.Ilmu Bandung: Bandung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun