Ekspansi...
Kata usang terjelaga menjadi barisan doa.
hidup berhadapan dengan mata-Mu,
Ku kirim riuh mataku dalam sudut senja.
Milik seluruh  camar dikala bersenggama.
Di atas kepalaku, terdengar seruan derita.
Transaksi takdir kehidupan kini dimulai...
Dalam buku besar jasad dan jiwaku.
Jauh dibawah aset dan segmen argumen Tuhan.
Sementara hulu tegalan menjadi bahan penangisan.
Peluh dan eluh, berserakan tak bertujuan.
Sajak pentingku terasa gelap dan kosong.
Dulu Takdir telah menggariskan lurus kepadaku.
Kini, hanya tabah yang mengampuni resah gundah kami...
Lihat aku dan jutaan Saudaraku, Tuhan....!!
Tuhan...
Tahukah rindu dan cinta kami pada sesuap nasi!!?
Saat ini hukum-Mu seraya sigap berbalik dalih,
Sampai hati menghardik kalut akan sebab-akibat.
Membunuh adanya potensi dan embun pagi.
Tuhan...
Aku mohon!! lihatlah golongan buih palsu di kursi 20 M*nya.
Saat itu, tiap-tiap kami akan tahu dan menahu.
Pelantun imaji terbesit segelintir amarah.
Mencagar petitih dengan fasih penuh harap.
Dalam remang...
Samar...
Sepasang Mata Tuhan!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H