sumber: MATERI TENTANG iB PERBANKAN SYARIAH
Mengelola keuangan sudah diajarkan sejak kecil dulu, yaitu dengan cara menyisihkan uang jajan dan menyimpan di celengan. Saat itu aku belum mengenal adanya sistem perbankan. Baru kemudian sejak berseragam SMP, aku mulai mengenal bank daerah dan menggunakan jasa penyimpanan tabungan khusus pelajar. Maklum saja, aku ini tinggal di desa yang jauh dari kota kabupaten jadi belum ada bank nasional di sana. Dari situ aku belajar menyimpan uang, berhemat kemudian setelah terkumpul bisa dipakai untuk kebutuhan sekolah.
Di SMA, karena ceritanya aku sekolah di “kota” aku mulai mengenal bank nasional dan memakai jasa tabungan. Untuk pertama kalinya aku memiliki kartu ATM yang saat itu lumayan masih jarang bagi anak sekolah memilikinya. Namun saat kuliah, ATM sudah bukan barang baru karena sudah disatukan dengan kartu mahasiswa. Canggih ya. Hingga akhirnya aku kerja dan tidak terpisahkan dengan jasa keuangan perbankan karena gaji dibayar melalui bank (payroll).
Sebenarnya saat kuliah dulu, aku sudah mulai mengenal perbankan syariah. Namun memang belum mencoba memanfaatkan jasanya. Dan saat itu memang aku belum terlalu paham apa bedanya dengan perbankan yang biasa. Pertimbangan yang aku pikirkan saat itu, sebaran ATM bank syariah belum sebanyak saat ini.
Saat perbankan syariah mulai ramai, dimana banyak informasi yang dipublikasikan dan banyak perbankan nasional mulai membuka cabang bank syariah, aku mulai meliriknya. Terbawa arus? Bisa jadi, tapi tentu dengan pertimbangan bahwa perbankan syariah menawarkan sistem bagi hasil yang adil, kemudahan dalam bertransaksi (baik layanan di counter bank, ATM maupun sistem online), dan pelayanan terbaik.
Memang aku belum sepenuhnya memanfaatkan perbankan syariah dan lepas dari bank konvensional karena masih terikat dengan gaji kantor yang memang sudah sejak awal melalui bank yang bukan syariah. Aku belum bisa menghindari sistem yang telah melingkariku bertahun – tahun. Istriku yang akhirnya aku suruh membuka rekening di salah satu bank syariah ternama di Indonesia. Dan memang dari pengalaman istri, bank syariah saat ini sistemnya sudah bagus, fasilitas dan jasa yang ditawarkan juga lengkap, serta telah modern sama halnya dengan bank yang bukan syariah. Lalu kalau sama apa bedanya? Bedanya yaitu lebih syariah. Aku sendiri tidak begitu paham untuk menjelaskan arti syariah, namun itu bisa dirasakan dengan perasaan lebih nyaman. Tidak tahu kenapa, keyakinan dan ketenangan dalam memanfaatkan jasa keuangan lebih meningkat.
Saat aku tidak bisa berbuat banyak untuk mengubah sistem disekitar, setidaknya aku bertindak untuk diri sendiri. Jujur, aku sedang merencanakan untuk memakai jasa kredit rumah dari perbankan syariah. Semoga bisa terlaksana sesuai dengan rencana dan berkontribusi positif terhadap pertumbuhan sistem syariah pada keuangan negeri ini.
Sekarang adalah saatnya beralih pada keuangan syariah. Saat dimana perbankan mulai memperbaiki diri dengan sistem dan pelayanan syariah yang akan meningkatkan perekonomian Indonesia dan didukung oleh berbagai pihak. Hal ini harus disertai dengan sosialisasi dan edukasi yang informatif kepada masyarakat tentang apa dan bagaimana perbankan syariah seharusnya dijalankan. Pengenalan itu mungkin bisa dimulai dari pendidikan usia dini, sama halnya dengan saat aku masih kecil dulu, yaitu saat mengenal celengan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H