Mohon tunggu...
Teguh Santoso
Teguh Santoso Mohon Tunggu... -

jika kau lihat muka aku yang serius nan tanpa ekspresi, itu bukan diriku. karena aku adalah aku.

Selanjutnya

Tutup

Humor

DJ, Musicnya Dung ...

15 Juli 2010   04:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:51 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Hari ini. Di ruang sebelah. Aje gile, ditemenin dentuman musik disco cacaca (model si kucing garong), berasa ada di dunia ajib – ajib, geleng – geleng, angguk – angguk, goyang mang... ini selera abah. Sebutan bagi tetua di ruang sebelah (maksudnya ruang dimana gue sedang nulis ini). Sumpah, gue yang tadinya niat nulis cerita fiksi, eh malah tergoda ama nih suara. Mungkin maksudnya terganggu kale ya.. nikmatin aja, toh jadi ada ide nulis bualan ini kan.
Anjrit.. makin kenceng suara musik di telinga gue. Makin ngga konsen neh. Pengennya goyang ngikutin irama lagu. Kaki udah ngga kuat goyang sendiri. Jari dan jempol pengennya muter – muter. Kepala apalagi, sumpah pengen geleng – geleng. Meski dalam hati, nih abah biar ngga muda lagi (ngga enak kalo gue sebut tuwa), seleranya boleh juga. Menggugah semangat jiwa, untuk sekedar melupakan harga sembako yang kian melambung menjelang bulan puasa. Tenang Bah, biar harga naek, yang penting joget dulu lah..woke..
“mati aku, ayahku tau..” by cucu cahyati, waduh, lagu jadul ini terasa masih asyik juga. Gue masih SD kali jamannya lagu ini meledak (kompor gas kale..). ngga ada matinya. Meski lagunya bilang “mati aku..”. gue berasa ada di dance floor. Menari – nari bersama – sama sang penyanyi ndangdut. Oalah, penari latar ternyata gue. Males.
Yang berikutnya. Coba perhatiin lirik lagunya. Sedih, melo – melo gini. Cuman irama musiknya itu lho. Tetep menghentak. Dan memaksa anggota tubuh gue kembali bergoyang, berdansa, ca ca ca. Asyek..serong yuk.. maju ah.. mundur lagi... syadap (mungkin maksudnya sedap).
Lho kok mati ? waduh, sabotase neh. Abah mo kabur ke mana tuh ? baru juga jam segini.
“lanjutkan sudah!”
“tara seru sendirian Bah..”
“suka dangdut juga ?”
Ops. Ketahuan neh. Musik itu kan universal. Termasuk dangdut kan ? asli indonesia lagi. Ya sebagai seorang warga negara yang baik dan benar, sudah sepantasnya gue suka produk – produk dalam negeri. Cuman sepertinya jawaban ini terlalu panjang. Gue kan orangnya simple. Sederhana, bisa diartikan apa adanya, atau lebih tepatnya seadanya apa.
“emh.. musiknya asyik buat goyang Bah..” gue ngeles sedapetnya
Abah ngangguk – angguk. Padahalnya musiknya udah mati lho. Luar biasa. Dan abah, bener – bener pergi meninggalkan gue sendirian di ruangan ini. Sepi. Gue mencoba mencari – cari lagi inspirasi. Namun yang gue temuin hanya kosong. Bengong, di depan layar monitor yang masih menunggu. Untuk gue ketikkan huruf demi huruf yang menyusun sebuah cerita fiksi. Bukan bualan seperti ini.
Sepertinya gue emang butuh untuk dengerin musik. Biar ada alunan cerita yang mengalir sepanjang gue menikmati rangkaian sebuah lagu. Tapi, mana musiknya neh. Hai DJ, maenkan musiknya dung !!! goyang mang...(lha kok malah kumat lagi). Dalam hati gue menyoraki diri gue sendiri “ orang gila “ (diulang berulang – ulang kali).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun