Mohon tunggu...
Mas Teddy
Mas Teddy Mohon Tunggu... Buruh - Be Who You Are

- semakin banyak kamu belajar akan semakin sadarlah betapa sedikitnya yang kamu ketahui. - melatih kesabaran dengan main game jigsaw puzzle. - admin blog https://umarkayam.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Silsilah Keluarga yang Hampir Kacau

9 Februari 2012   23:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:51 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ini adalah kisah nyata yang saya baca di sebuah majalah wanita di awal tahun '80-an (lupa, Kartini atau Femina). Bukan sebuah cerita atau kisah yang menarik dan aktual karena hampir mustahil bisa terjadi di jaman yang -katanya- modern ini.

Kisah ini menceritakan seorang ibu yang silsilah keluarganya hampir saja kacau. Sang ibu lahir dari sebuah KB alias keluarga besar seperti umumnya keluarga jaman dahulu. Sang ibu adalah anak bungsu dari 12 bersaudara,-karena itu sebut saja dengan "L", sesuai dengan urutan abjad. Jika dihitung masing-masing anak selisih umurnya 2 thn, maka selisih umur si sulung dengan si bungsu adalah 24 thn. Bisa dibayangkan betapa ramainya keluarga ini.

Kisah ini bermula saat si ibu sedang hamil anak ke 12 yang akhirnya diberi nama L. Pada saat yang bersamaan, anak pertama -perempuan bernama A- juga sedang hamil calon cucu pertama. Selang 3 bulan setelah sang ibu melahirkan L, si A juga melahirkan anak perempuan -sebut saja M- sebagai cucu pertama dari keluarga besar tersebut. Jadi, sang tante (L) hanya beda usia 3 bulan dengan sang keponakan (M). Karena masih sebaya, mereka sering main bersama, maklum rumah mereka juga berdekatan seperti umumnya keluarga jaman dahulu. Bagi yang tidak tahu sejarah keluarga tersebut pasti akan mengira bahwa mereka teman main biasa, padahal tante dan keponakan.

Waktu terus berjalan, L dan M selalu bersama, main bersama, sekolah juga bersama malahan mereka satu kelas ketika SD dan SMP. Untuk menjaga perasaan L, orang tua meminta kepada M untuk tidak memanggil L dengan sebutan "tante atau bulik" jika di sekolah atau tempat umum. Masih sekolah SD kok sudah dipanggil "tante atau bulik", begitu alasan mereka. Kalau di rumah wajib memanggil "tante atau bulik".

Ketika mereka beranjak dewasa mulailah terjadi hal-hal yang cukup menggelikan. Salah satunya, L melarang M punya pacar terlebih dulu. Masak tante kalah sama keponakan dalam hal pacaran. Demi menjaga perasaan tantenya, M yang telah mempunyai pacar lebih dulu, akhirnya memilih "backstreet". Setelah L punya pacar barulah M berterus terang tentang pacarnya.
Merasa kalah set, L kembali "mengancam" M untuk tidak menikah lebih dulu sebelum L menikah. Untuk kali ini M menolak "ancaman" L. Karena merasa sudah siap, maka M menikah lebih dulu. Merasa panas karena selalu disalip oleh keponakan sendiri, L juga menikah beberapa bulan kemudian.
Rupanya L masih saja menebar ancaman kepada M, "kamu boleh nikah duluan, tapi kamu tidak boleh punya anak duluan ! Saya masih muda, saya tidak mau dipanggil "nenek" !" Beruntung, akhirnya L punya anak lebih dulu. Namun demikian kejadian yang hampir sama terulang lagi. Cicit pertama, -anak dari M, cucu dari A-, usianya hampir sama dengan cucu -entah cucu ke berapa- dari keturunan L.

Mohn maaf, jika ada rekan-rekan kompasioner yang sudah pernah membacanya atau mengalami kejadian yang hampir serupa.

Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun