Untuk bagian pertama dapat dibaca di sini
- Kurang Menghargai Jerih Payah Anak
Terkadang orang tua inginnya sang anak selalu benar bahkan kalau bisa sempurna. Tekanan untuk selalu sempurna ini justru membebani anak dan tidak bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Meski sudah ikut les di sana sini, sudah berusaha maksimal namun tetap saja hasilnya tidak sesuai dengan harapan orang tua. Orang tua yang dengan cepat men-jugde anaknya dengan kata-kata, "bodoh" atau "dasar gak becus" justru akan mematahkan semangat anak. Menghargai jerih payah anak akan meningkatkan semangat dan rasa percaya diri anak.
Di tahun 80-an ada sebuah acara untuk anak-anak di stasiun TVRI yang diasuh oleh Pak Tino Sidin, "Ayo Menggambar". Dalam acara itu Pak Tino Sidin memberikan pelajaran teknik dasar menggambar, seperti pak guru yang sedang memberi pelajaran di kelas. Di sela-sela acara atau di akhir acara Pak Tino Sidin akan menampilkan gambar-gambar kiriman anak-anak dari seluruh Indonesia. Setiap kali menampilkan sebuah gambar hasil kiriman penonton itu Pak Tino Sidin akan memberikan komentar, saran dan pujiannya. Tetapi, apa pun gambar yang dikirim, baik yang bagus maupun yang jelek akan selalu dikatakan, "Bagus". Tidak pernah sekali pun Pak Tino Sidin menjelek-jelekkan gambar yang sudah dikirim oleh penonton acaranya.
"Berikut ini adalah gambar kiriman dari temanmu Teddy di Magetan, Jawa Timur. Garis-garisnya sudah tegas dan warnanya berani. Bagus!"
Selayaknya kita para orang tua bertindak seperti Pak Tino Sidin, yang selalu mengatakan "Bagus" terhadap apa pun yang dihasilkan oleh anak kita, untuk memotivasi. Berilah hadiah atas pencapaian anak meski itu hanya sebuah pujian atau acungan jempol.
- Meremehkan Imajinasi Anak
Seringkali kita memarahi anak yang suka coret-coret buku tulis atau tembok dengan gambar-gambar yang tidak jelas. Kalau gambar binatang tidak jelas binatang apa. Kalau gambar kendaraan juga tidak jelas kendaraan apa. Kalau gambar robot tapi tidak seperti robot yang biasa kita lihat.
Seringkali kita menyalahkan dan mengoreksi gambar-gambar anak kita karena di mata kita gambar-gambar tersebut tidak proporsional, tidak logis atau tidak masuk akal, aneh, warnanya tidak lazim dan lain sebagainya. Tetapi, itulah cara anak dalam menyampaikan imajinasinya, sering tidak masuk akal di mata orangtua. Kita sebagai orang tua lupa pernah menjadi anak-anak dan tidak paham cara menghadapi anak-anak. Janganlah mematikan imajinasi anak dengan meremehkan atau menyepelekannya. Bukankah barang-barang yang ada sekarang ini hampir semuanya hasil dari sebuah imajinasi.
Bagi kita orang tua tentu menganggap aneh karakter seperti Pokemon, Power Rangers, Kura-Kura Ninja atau makhluk-makhluk aneh dalam film Star Wars. Tetapi itulah yang justru menghibur anak-anak kita bahkan orang tua juga dan menghasilkan uang buat penciptanya. Jadi biarkanlah jika anak-anak Anda menggambar yang aneh-aneh, siapa tahu kelak mereka menjadi animator-animator handal yang hasil karyanya bisa menghibur orang banyak.
Selain menggambar terkadang anak juga bercerita 'ngalor-ngidul' tidak karuan juntrungannya. Biarkan saja, dengarkan saja. Jangan dipotong ceritanya apalagi 'acungkan jempol dislike'. Itu hanya akan mematahkan semangatnya bercerita. Sering anak-anak bercerita yang aneh-abeh dan tidak masuk akal, biarkan saja. Dia sedang mengembangkan imajinasinya. Siapa tahu kelak dia akan menjadi penulis cerita fiksi yang handal dan bukunya selalu menjadi 'best seller'. Banyak novel dan film-film fiksi yang laris manis dan membuat penulisnya kaya. Anda tentu mengenal film fiksi ilmiah "Jurassic Park" yang diangkat dari novel dengan judul yang sama karya Michael Crichton atau serial "Harry Potter" karya JK Rowling. Semuanya hasil dari sebuah imajinasi.
- Menganggap Jurusan IPA Lebih Hebat Dari Jurusan IPS
Begitulah anggapan sebagian besar masyarakat kita. Anggapan tersebut memang tidak salah. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa siswa yang memilih jurusan IPA jika melanjutkan kuliah bisa mengambil kuliah jurusan IPA dan IPS. Sedangkan yang memilih jurusan IPS hanya bisa melanjutkan kuliah jurusan IPS saja.
Masyarakat kurang menyadari atau memahami bahwa jurusan IPS pun juga bisa susah. Jurusan IPS lebih berkaitan dengan kehidupan manusia, baik sosial, budaya, ekonomi, hukum dan politiknya. Hal ini membuat parameter-parameter yang ada dalam ilmu IPS terkadang sering berubah-ubah dan susah ditebak. Ini sangat berbeda dengan Matematika, misalnya, yang hukum-hukumnya sudah pasti. Kalau 2+2 sudah pasti =4. Hasil-hasil dari ilmu pasti bisa ditebak.
Menciptakan pasar (dikerjakan orang ekonomi) lebih sulit daripada membangun pasar (dikerjakan orang teknik). Membangun ruko itu gampang tapi bagaimana supaya ruko cepat terjual itu tidak gampang. Membangun hotel itu gampang tapi bagaimana supaya banyak tamu yang menginap itu tidak gampang. Membangun mall itu gampang tapi bagaimana caranya supaya mall selalu ramai pengunjung itu tidak gampang.