Morpen #16
“Pak, tolong tutup gorden jendelanya. Saya lagi gak pake baju, nih. Ntar pemuda sebelah rumah liat saya. Keenakan dia.”
“Ya, ... kalo pemuda sebelah rumah liat kau gak pake baju, pasti dia udah nutup gorden jendelanya duluan.”
Morpen #17
“Kampretinaaa, dicari pacarmu !”
“Yaa .... suruh tunggu bentar. Lima menit lagi !”
Kampretina pun langsung bersolek. Pake bedak bayi. Pukk ... puukk. Parfum yang wanginya sampe menggelitik bulu hidung pun disemprotkan. Sreett ... srett ...
“Lho, mana dia ?”
“Tuh, di telepon.”
Morpen #18
Kampret yang takut berperang, menghadap komandannya.
“Lapor komandan, tiba-tiba saya kena rabun jauh. Mohon ijin untuk tidak ikut berperang !”
“Kalo begitu, kamu harus berada di barisan paling depan supaya bisa melihat musuh dengan jelas.”
Morpen #19
Angin puting beliung melanda sebuah kampung. Hampir seluruh rumah di kampung tersebut rata dengan tanah. Seorang nenek ditemukan selamat di bawah puing-puing rumahnya, tanpa sedikit pun mengalami luka.
“Wahh ... nenek sakti, ya ? Kok nggak luka sedikit pun ?!”
“Ahhh ... nggak juga. Ketika angin datang, saya baru saja minum jamu tolak angin.”
Morpen #20
“Ayah … ayah, ibuk bilang adik Kampet gak boleh lagi mimik cucu ibuk. Ganti cucu bubuk. Kenapa, Yah ?”
“Yaa … kalo Kampret mimik susu ibu terus, nanti bapak mimik apa ?!”
*) jika ada kata-kata yang tidak berkenan di hati, mohon jangan dimasukin di hati. Just intermezzo.
*) boleh diambil untuk materi stand up komedi, asal menyebutkan link-nya.
Tulisan sebelumnya :
Tulisan berikutnya :
Oleh-Oleh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H