Mohon tunggu...
Topari, ST
Topari, ST Mohon Tunggu... lainnya -

Beda adalah rahmat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

1435 H: Awal Teknologi Madani

7 November 2013   10:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:30 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kehadiran Web 2.0 melahirkan istilah dan juga peristiwa baru. Web 2.0yang merupakan teknologi web generasi ke-2, ditandai dengan hadirnya sisi interaktif dan dinamis, menawarkan kemudahan dalam produksi dan transfer informasi juga menghasilkan generasi baru. Generasi Prosumen. Generasi konsumen sekaligus produsen informasi.

Pada posisi sebagai konsumen informasi, kita dimanjakan dengan mudahnya mengakses berbagai jenis dan bentuk informasi. Bahkan saat ini, bisa dikatakan "banjir informasi" tengah melanda. Dibutuhkan kecerdasan untuk memilah dan memilih informasi. Pengetahuan klasifikasi informasi mutlak hadir di setiap diri.

Sebagai produsen informasi, kita dimudahkan dengan hadirnya blog, youtube, facebook, twitter, dan sederet aplikasi sosial media lainnya. Cukup beberapa kali klik, maka ijin sebagai produsen informasi terkantongi.

Kehadiran gadget turut menyumbang semarak fenomena Web 2.0. Beragam aplikasi messenger lintas platform, mencuri hati pengguna feature phone yang lama dimanjakan dengan telpon dan sms. BBM, Line, WhatsApp, KakaoTalk, Path menjadi aplikasi wajib yang ter-install di gadget kita. Gaptek, ketinggalan teknologi, dan berjibun sebutan lain bisa dengan mudah hinggap di pundak kita, jika tidak tahu aplikasi-aplikasi tersebut.

Kemudahan yang ditawarkan suatu teknologi seringkali diselimuti kehati-hatian dalam menggunakannya. Kemudahan tidak bisa serta merta dimudah-mudahkan. Akhir-akhir ini banyak kejadian yang disinyalir akibat dari penggunaanteknologi Web 2.0 dan gadget yang serampangan. Contoh: Video mesum yang dibuat dan diunggah oleh oknum siswa SMP, beredarnya foto bugil dari berbagai oknum serta beragam kejadian serupa.

Peristiwia di atas adalah peristiwa lama yang berulang dengan berbagai variasi. Kalau peristiwa lama, kenapa bisa berulang? Apakah mereka tidak belajar dari peristiwa-peristiwa sebelumnya?

Apakah mereka tidak tahu? Atau tidak mau tahu? Jika alasan pertama yang jadi sebab, maka solusinya adalah sosialiasi literasi media, namun jika kedua yang jadi penyebab, maka harus dicari faktor penyebabnya. Bisa karena pemuasan hasrat sesaat, motif balas dendam, motif pemerasan, atau lainnya.

Bagaimana solusi yang bisa ditawarkan? Semua harus turuntangan. Orang tua, sekolah, masyarakat, pemerintah. Tidak bisa kita mengandalkan apalagi menyalahkan salah satu pihak. Hari ini bisa menjadi awal dari perubahan. Perubahan dari maksiat ke taat, kejahatan ke kebaikan, ketidaktahuan menjadi kepahaman, jahiliyah ke madaniyah. Mari, jadikan ini sebagai awal penggunaan teknologi dalam bingkai Madani. Selamat tahun baru Hijriyah 1435 H.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun