Mohon tunggu...
Muchammad Syahril Mubarok
Muchammad Syahril Mubarok Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Suka dengan kopi hitam dan netflix

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Pakaian Lebaran Harga "Sultan" Bukan Buat Kaum Mendang-Mending

9 April 2024   23:50 Diperbarui: 10 April 2024   04:44 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Takbir berkumandang di malam 1 Syawwal 1445 Hijriah. Menandakan puncak ibadah puasa Ramadan segera berakhir. Kalangan muslim Nusantara sangat antusias menyambut lebaran pada tahun ini.

Beragam cara muslim Nusantara dalam merayakan hari raya Idul Fitri. Mulai mempersiapkan suguhan makanan seperti ketupat dan opor ayam. Mulai juga menyiapkan Tunjangan Hari Raya (THR) untuk diberikan kepada saudara. Dan juga mempersiapkan baju terbaiknya untuk dipakai di hari raya.

Pada usia dini, penulis merasakan bagaimana wujud lebaran. Saat itu (karena pemikiran anak-anak), penulis hanya memikirkan kalau setiap hari raya orang tua membelikan baju baru. Oleh karena itu, sudah sangat senang apabila sebelum lebaran ada pakaian baru.

Tahun ke tahun, gaya dan tema berpakaian di hari raya juga mengalami perubahan. Fenomena ini karena derasnya arus media sosial sehingga masyarakat dituntut ikut-ikutan trend (FOMO) pakaian lebaran apa yang memang 'sedang' digandrungi. Tentu saja, ini tidak merata di seluruh wilayah Indonesia.

Lifestyle and Living Hadith

Karena waktu selalu berjalan, gaya hidup juga akan mengalami perubahan. Begitu juga gaya berpakaian. Gaya pakaian orang dahulu —menurut Gen-Z — dikatakan sangat "jadul". Ungkapan itu lumrah bagi kalangan anak muda.

Bagi penulis yang memang hidup dalam kultur Islam dan Jawa, kami mendapat contoh gaya hidup dari orang-orang sepuh di sekitar. Termasuk cara dan gaya berpakaiannya di hari raya. Untuk kaum laki-laki, kami memakai baju koko dengan bawahan kain sarung. Paduan pakaian dari akulturasi budaya Tiongkok dan Gujarat ini sudah menjadi "Islami" bagi kami. Sedangkan yang perempuan dengan pakaian gamis dan berjilbab.

Awalnya, penulis mengira pakaian-pakaian yang kami semua kenakan itu biasa-biasa saja. Ternyata, pikiran penulis menjadi terganggu ketika pakaian-pakaian itu memiliki harga yang tidak murah! dan menjadi bagian dari tradisi di kampung kami.

Salah seorang teman mengenalkan pakaiannya yang "branded" itu dan ia membeli dengan harga yang cukup mahal. Alasan yang dilontarkan tak cukup jelas mengapa membeli pakaian tersebut. Hanya alasan karena memang pakaian itu mempunyai kualitas daripada merek yang lainnya.

Entah mulai kapan orang-orang kampung kami mengawali berpakaian dengan harga "Sultan" ini. Tetapi, kami tetap menjadikan pakaian lebaran sebagai sunnah. Di dalam Al-Qur'an, terdapat dua kata dasar yang bermakna pakaian yakni tsiyāb dan libas. Akan tetapi, tidak menjelaskan secara detail pakaian apa yang dianjurkan, jenis pakaian tersebut, atau pakaian konkret di dunia.

Sedikit keterangan dari kitab Fath al-Bari bi Syarh Shahih Al-Bukhari, bahwasanya hadis riwayat Bukhari tentang faidah bab Al-'Idayn (dua hari raya), dengan sanad yang shahih bahwasanya Ibn 'Umar memakai pakaian terbaiknya ketika momentum hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Bisa dipahami, kemungkinan kebanyakan masyarakat muslim dengan kultur religius memahami sunnah hari raya dengan memakai pakaian terbaik (bisa juga baru).

Bagi Kaum Mendang Mending, Pakaian Harga "Sultan" Sama Saja! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun