Mohon tunggu...
HADISUSILO
HADISUSILO Mohon Tunggu... Guru - Asli Java

Guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bahasa Menunjukkan Bangsa

14 Juli 2020   18:53 Diperbarui: 14 Juli 2020   18:57 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa arti sebuah nama. Mungkin semua orang pernah mendengarnya. Seharusnya nama sesuatu itu mengandung makna sesuatu pula,  jadi bukan arbitrer. Sesuatu yang diberi nama bisa mengandung atau menyatakan doa atau pengharapan, yang berkenang, tujuan, atau hal lainnya. Kemudian berburu kata yang indah yang sesuai dengan apa yang dimaksudkan. 

Nama sebuah tempat biasanya akan menggunakan kata yang bisa mengenangkan tempat yang dinamainya. Nama benda pun demikian , biasanya diberikan nama yang menjadi ciri atau yang menarik menurut yang memberi nama.

Papan nama rumah makan, retoran, atau penjaja jasa lainnya menggunakan bahasa yang tidak menunjukkan keberadaan dimana bertempat. Di televisi, internet atau media lainnya banyak iklan yang menawarkan sesuatu yang sebenarnya barang lokal tetapi dengan nama asing. Alasannya biar selain orang lokal tahu produk yang ditawarkan, mengisaratkan citra positif, lebih bergengsi, berkelas dst. 

Padahal dengan menawarkan produk dengan nama lokal tetapi di media internasional justru akan menjadi daya tarik keingintahuan konsumen karena penasaran. Nama-nama produk yang ditawarkan tergantung sasaran atau konsumen yang disasarnya. Misalnya produk bank syariah pasti menggunakan istilah-istilah Arab.

Padahal Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan pasal 36 ayat 3 berbunyi: "Bahasa Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau permukiman, perkantoran, komplek perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga pendidikan, organisasi yang didirikan atau yang dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan hukum Indonesia". 

Banyak alasan yang dikemukakan oleh pemilik usaha yang memasang nama usahanya baik merek maupun tempatnya dengan kata-kata atau bahasa asing. Tetap jelas ada aturannya dan pelanggarnya jelas tidak benar.

Pernahkah membaca buku seribu nama? Atau mungkin menggunakannya sebagai referensi nama putra-putrinya? Nama-nama yang tertera di dalamnya berupa kata-kata seperti layaknya sebuah kamus lengkap dengan makna kata yang tercantum. Kemudian pengguna buku akan meggabungkan kata demi kata sehingga aka muncul nama yang terdiri dari dua atau tiga kata. 

Namanya juga penamaan, terserah yang memberikannya. Kata-kata yang disukainya digabungkan dengan maksud sesuai dengan yang memberikannya. Kemudian baru diberi pejelasan bahwa nama ini berarti anu dengan harapan nantinya akan menjadi anu dan seterusnya. Sesudahnya akan lupa apa arti atau makna nama yang diberikannya.

Sudah lebih dari dua dekade menjadi guru, dalam satu dekade terakhir seakan menjadi guru pada kelas internasional. Walaupun sekolah berada di kampung dan jauh dari keramaian kota, namun teknologi gadget dan 'TV kabel' sudah merambahnya. Yang namanya anaka-anak usia dini memegang android entah bermain game, melihat youtube, atau ber-chatting dengan teman-temannya. Tak ada kabel Telkom yang menunjukkan daerah terjangkau atau daerah terpencil. Hanya kabel saluran 'TV kabel' saja yang bersaing dengan kabel listrik antar rumah atau yang menyeberang jalan.

Tetapi jangan ditanya mengenai nama yang tertera dalam buku absen. Hanya satu dua nama lokal yang masih setia menggunakannya. Dan sudah dipastikan pemilik nama tersebut memiliki kartu KKS (kartu tanda kemiskinan) dan sejenisnya. Selainnya bernama Arab atau Eropa.

Lalu orang akan mengatakan bahwa namanya bagus. Apa makna dari nama itu? Bagus dinilai dari mana? Barangkali bagus karena susunan kata yang enak didengar, kata-katanya familier, atau berbeda dari yang lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun