UKG alias Uji Kompetensi Guru selalu ada pernak-pernik yang menarik. Setiap kali event itu digelar, ada saja cerita asyik dan unik yang dapat kita dengar.
Ada bermacam kisah yang terekam. Dari yang bikin bangga hingga yang membuat kecewa. Yang bikin bangga karena hasil yang diperoleh begitu luar biasa. Ada pun yang membuat kecewa masih ada oknum yang berbuat curang, hingga terpaksa UKG diulang.
Dari setiap saat pelaksanaan, menghadirkan kisah kenangan tersendiri. Dari yang bersifat klasik, yang sebenarnya tidak perlu terjadi sampai kisah heboh yang membuat peserta tergopoh-gopoh. Klasik, karena penyakit lama. Peserta yang masih buta IT alias komputer. Ada yang gagap memegang mouse, bingung menggerakkan kursor, padahal telah sekian tahun terpercaya menerima tunjangan profesi. Kisah heboh yang begitu super semangat. Bersuara keras dengan begitu pedhenya di tempat ujian. Padahal mereka masih pemula, seakan mengerti segalanya.
Kisah yang asyik menarik lainnya bikin gemes dan mules. Mereka yang tidak begitu peduli sama sekali. Tak mau belajar, tak mau berpusing dengan soal-soal yang banyak beredar. Tapi saat UKG, hasilnya begitu mencengangkan teman-temannya. Ada pula yang begitu heboh belajar sana sini. Membahas soal ini itu. Setiap ada soal baru, selalu dicopas. Tapi ternyata begitu saatnya tiba mengikuti UKG, nyaris tak satu soal pun yang telah dipelajarinya keluar. Hasilnya pun tak sesuai harapan. Serasa kecewa menikam dada.
Kejadian unik menarik lainnya adalah peserta yang tidak begitu memahami bahwa soalnya ada 80. Karena yang tertampilkan 60 soal, begitu merasa sudah sampai batas akhir, diklik selesai. Alhasil yang tidak sesuai harapan. Ada lagi yang mirip di atas, ketika sampai di nomor 60, merasa sudah selesai, sehingga asyik dengan aktivitas lain. Begitu diperingkatkan bahwa belum selesai, gugup, heboh, tiada konsentrasi lagi. Waktu habis, soal belum terselesaikan. Hasilnya jeblog juga. Yang unik lagi, peserta yang gugupan, setiap ada peserta lain selesai, dia terkejut. Bahkan sampai melonjak dari tempat duduknya. Begitu berulang-ulang, akhirnya konsentrasi hilang, hasil akhir tak cemerlang. Dan masih banyak lagi faktor yang penyebab kurang maksimalnya hasil UKG.
Tapi, bagaimana pun juga, event UKG tetap bermanfaat. Karena dari situ ada ilmu baru, wawasan baru, tantangan baru, juga tuntutan baru. Bahwa semakin hari kita semestinya menjadi lebih baik. Banyak hal yang harus dipelajari sebagai seorang guru. Jangan puas dan bangga dengan kondisi saat ini. Banyak ilmu baru yang harus menjadi bekal dalam membimbing anak-anak bangsa ini.
Banyak catatan yang harus diperhatikan setelah gelaran event UKG
Di antara fungsi yang telah dikabarkan penyelenggara adalah untuk pemetaan kompetensi guru, tak berpengaruh dengan tunjangan profesi.
Hasil UKG bukan cerminan dari kondisi guru yang sebenarnya. Karena banyak hal yang melatarbelakanginya. Kondisi fisik, usia, kesehatan, mental , persiapan, juga keakraban dengan IT alias komputer ikut berpengaruh.
Sehingga sungguh kurang bijak jika hasil UKG yang hanya dua jam di depan komputer sebagai tolak ukur. Sebab, ada yang hasil UKG-nya minim tapi sungguh luar biasa perannya dalam dunia nyata pendidikan. Banyak jasa yang telah ditorehkannya. Sementara yang hasilnya maksimal, perannya nyatanya masih biasa saja. Banyak faktor yang harus dikaji ulang.
Namun, dari semua hal di atas, tetap ada hikmah yang bisa diambil untuk bersikap lebih bijak dan bertindak lebih baik. Untuk yang telah begitu susah payah belajar, tetapi kenyataannya tak ada soal atau materi yang keluar. Tetap saja Anda lebih beruntung, karena bertambah ilmu dan pengetahuan. Karena belajar itu bukan hanya untuk menghadapi Ujian, namun sesungguhnya belajar utnuk peningkatan kualitas diri agar lebih baik. Orang yang mau belajar, tentu akan lebih baik. Guru yang hebat bukan guru yang mengerti segalanya, namun guru yang mau menyadari kekurangannya dan terus belajar untuk menjadi lebih baik.
Dan setiap kita, telah dipastikan jatahnya. Jadikan apa pun hasil UKG yang telah kita dapat itulah jatah kita. Jadi, mari dinikmati dengan asyik saja. Tak usah resah gelisah, gundah gulana. Dengan catatan khusus, bahwa kita telah berusaha maksimal untuk mengerjakannya. Bukan kebetulan memilih jawaban benar, tapi tidak tahu persoalan yang dihadapinya. Karena kasus semacam itu juga ada dan nyata di lapangan.