Pagi yang tidak terlalu dingin di sebuah kota yaitu kota Surabaya, kenapa saya bilang tidak terlalu dingin karena saya sendiri pun sudah hampir 3 tahun lebih berada di kota Malang kota yang menurut orang kota yang Dingin wal Adem. Jadi, Kedinginan yang ada di kota yang sedang kutempati sekarang sudah tidak terlalu berefek bagiku, lain halnya dengan penduduk yang sudah lama berada di kota Surabaya ini tentunya.
Di kota Surabaya ini saya hanya akan tinggal kurang lebih selama 1 bulan saja, disebabkan disini saya hanya menjalankan tugas kuliah dari kampus yaitu Praktek Kerja Lapangan (PKL) di sebuah Instansi. Kebetulan dalam waktu satu bulan itu 2 minggu pertama belum masuk waktu puasa, dan 2 minggu berikutnya telah memasuki bulan puasa.
Dari Kota pahlawan ini tidak mungkin aku tidak menemukan masalah, karena memang aku harus beradaptasi dengan suasana yang baru seperti ; teman - teman kost yang baru, teman kerja yang baru, dan baru - baru yang lainnya. Berkenaan dengan hal itu pula ada suatu hal yang memuat masalah dalam kehidupanku berada di kota ini, yaitu mahalnya harga makanan di kota ini padahal di kota Malang makanan jauh lebih murah daripada di sini meskipun dua kota ini saling bertetangga. Karena hal itulah maka aku selalu bergerilya selama 2 minggu itu untuk mencari makanan yang murah di sekitar tempat tinggalku, namun yang ku temui sama saja harganya tetap berkisar antara 7 ribu - 8 ribu. Harga itu merupakan harga yang cukup menguras kantong tentunya bayangkan saja kalau makan selama 3x sehari bisa jadi sekitar 21 ribu - 24 ribu per hari padahal uang saku yang ku punya kurang memenuhi untuk makanan yang lumayan mahal itu, karena aku menyesuaikan porsi makan ketika di malang saat aku mendapat uang saku tersebut.
Waktu demi waktu berlalu, tetap saja kucari tempat makanan terdekat yang lebih murah. Memang kemudian kutemukan warung makanan tersebut ada paling cuman 1 atau 2 warung makan saja yang menjual makanannya dengan harga yang cukup terjangkau oleh anak kost sepertiku. Tanpa pernah memperdulikan seorang bibi yang biasanya tiap pagi selama aku berada 2 minggu di kost itu selalu mengantarkan makanan kepada penghuni kost yang lain, terkecuali diriku yang memang tidak tahu kenapa aku malu untuk memesannya, masih belum ada kemauan untuk memesan kepada bibi itu.
Sampai tiba waktunya Bulan Ramadhan pun menyongsong masuk, aku pun masih pindah - pindah tempat untuk membeli makanan. Namun, terjadi sebuah masalah disini ketika sahur tiba banyak warung yang tidak buka tidak seperti ketika pagi hari menjelang. Dari sini aku mulai memberanikan diri untuk memesan makanan kepada bibi tersebut.
Aku tidak tahu nama dari bibi tersebut yang ku tahu bibi itu berasal dari kota Jember, tapi biasanya temen - temen kost memanggilnya bibi ya aku pun akhirnya ikut memanggilnya bibi juga. Bibi merupakan pembantu dari Bapak yang punya kost - kostan itu. Bibi selalu siap siaga kapanpun para penghuni kost ingin sesuatu dan apapun sesuatu itu. Aku juga cukup kasihan ketika melihat fisik bibi yang seperti itu maaf, sudah kurus seperti itu tapi aku salut dia masih giat untuk melayani kami di waktu kapan pun bahkan sebelum kami minta makan pun, malah bibi yang menawari kami akan makan apa nanti. Sampai ketika waktu sahurpun bibi rela mondar - mnadir kayak mandor, yang pertama untuk membangunkan kami yang masih tidur pulas di kamar, setelah kami bangun yang kedua bibi menawarkan "mau makan apa ?, mau minum apa ?" seperti itulah bibi dengan sangat riang dan giatnya dalam melayani kami. Sikap bibi pun sangat friendly terhadap kami semua, maka dari itu tidak salah kalau aku menyebut beliau sebagai pahalawan Sahurku.
"BIBI, Kau Memang PAHLAWAN Sahurku...."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H