Mohon tunggu...
Maman Fathor Rahman Emha
Maman Fathor Rahman Emha Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang Penulis Tak Bertuan Yang Ber-TUHAN | Mahasiswa | Blog : www.mamanism.co.nr | Twitter : @mamanism\r\n\r\nSalam Republik Kompasiana ^_~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perempuan Dalam Mimpi (Episode 2)

5 Juli 2013   16:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:58 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lanjutan dari (episode 1) Perempuan ini lagi. Batinku masih bimbang, hari itu aku bertemu dengannya lagi. Perempuan dalam mimpi yang membuatku spontan melontarkan beberapa patah kata yang harusnya tidak ada dalam rumus PDKT ketika ingin mendekati seseorang. Kepalaku kembali terisi dengan sebuah pernyataan - pernyataan yang membuat batin ini bimbang untuk mendekatinya lagi. Terlalu banyak perkiraan negatif yang ada di pikiranku saat aku ingin mencoba mendekatinya. Tapi jika tidak sekarang kapan lagi. Belum tentu besok aku akan bertemu dia lagi. Kulihat lagi halte bus di seberang sana. Ada sesosok perempuan yang sedari tadi mencuri perhatianku bahkan dia telah mencurinya dari pemandangan interior dan juga tata letak yang indah dari taman kota ini. Perlahan kupicingkan mata untuk sekedar memastikan bahwa memang benar perempuan itu adalah perempuan dalam mimpiku. Ah, iya benar dia si perempuan itu. Otakku masih saja berputar memikirkan apa yang seharusnya aku lakukan. Tapi jika dilihat kembali mengapa perempuan itu hanya duduk sendiri di halte bus itu padahal orang - orang yang dari tadi juga sedang menunggu bus datang sudah meninggalkan tempat tunggu itu. Kulihat lebih seksama lagi, dia sedang menunduk lesu. Aku tak tahu apa yang sedang ada di pikirannya. Tapi perasaanku mengatakan dia sedang bersedih, namun entahlah. Sumber : dbclemons.files.wordpress.com Setelah beberapa menit aku dan hatiku berbicara sendiri. Kuputuskan untuk mendekatinya lagi sama seperti tempo hari di cafe itu. Perlahan diriku melangkahkan kedua kaki ini menuju perempuan itu. Samar - samar kulihat kegelisahan dalam diri perempuan itu. Dalam hati aku kembali bertanya "Sebenarnya Ada apa dengan perempuan itu ?". Kususuri jalan setapak menuju halte bus itu. Tapi yang kurasa waktu seperti berjalan lamban saat itu. Perasaanku juga semakin tertekan dan deg - degan. Namun, tetap saja kulangkahkan kakiku menuju perempuan itu. Kali ini aku harus bisa mengenalnya lebih dalam lagi. "Hai..." Sapaku. "Iya." Perempuan itu menjawab dengan suara yang agak serak dan pandangan yang tetap saja menunduk seperti saat aku memandangnya tadi. Kemudian setelah beberapa saat wajahnya memandang ke arahku. Oh Tuhan, wajah itu. Wajah yang pernah aku temui di cafe itu. Tapi sekarang wajah itu sedang dibalut dengan butiran air mata yang sedang menggenangi pipi mungilnya itu. "Kamu perempuan yang~". Sebelum aku selesai mengucapkan kata -  kataku. Perempuan itu sudah memotongnya. "Iya aku tahu aku perempuan dalam mimpimu kan ? Tapi maaf aku harus pergi dulu.." Perempuan itu kemudian berlalu meninggalkanku. Sekarang akulah yang dibuatnya penasaran dengan sifat dinginnya itu. "Tunggu... Aku belum selesai bicara." Aku memanggilnya dari kejauhan, namun perempuan itu tetap saja pergi menjauh bahkan semakin mempercepat langkah kakinya sambil kedua tangannya mengusap kedua matanya. Kucoba untuk mengejar wanita itu, namun kemudian kakiku tersandung dan aku pun jatuh tersungkur tak sadarkan diri. Sampai akhirnya aku terbangun dari tidurku. Aku terduduk di atas kasurku dan menyadarinya kembali bahwa itu hanya mimpi. Sekilas aku memandang kamarku yang gelap dan melirik jam beker di atas meja kecil di samping tempat tidurku. Masih pukul 02.50 WIB. Aku mencoba menghela napas panjang, dan mengatur iramanya. "Perempuan itu lagi, Tapi mengapa kali ini mimpi ini tampak begitu lebih jelas daripada biasanya ? Ada apa sebenarnya ?." Gumamku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun