PKI Tahun 1948 dan 1965 adalah sejarah kelam bangsa. Jangan lupakan sejarah nyata. Melupakan sejarah adalah pelan-pelan melupakan Indonesia. Melupakan Indonesia adalah tanda pudarnya nasionalisme dalam dada. Fakta sejarah adalah bentuk refleksi diri demi kebangkitan nasionalisme bagi seluruh tumpah darah Indonesia.
Flashback sejarah bangsa dianggap berpikir ke belakang? Ini adalah pembodohan, framing kontra produktif dan penyesatan sejarah. KudetaHiruk pikuk biasa dikatakan memang ada pada Bulan September. Ini bukan persoalan rutinitas saja. Bukan persoalan ritual bulanan. Ini adalah sejarah bangsa yang tidak boleh dilupakan. Pernah ada. Pernah menyayat republik ini. Terlalu naif saja jika ada oknum dan pihak agar menutup mata atas peristiwa PKI saat pada tahun 1948 dan 1965. Bahkan agar meniadakan agar tidak melihat G30 S PKI!
Dahsyatnya peristiwa tahun 1948 memang begitu nyata. Kota Madiun beserta kota-kota di dalamnya luluh lantah. Penuh genangan darah. Sekitar 2 minggu PKI menguasai daerah tersebut. Ribuan orang jadi korban keganasan PKI dan dari simpatisan ormas lainnya. Kota Magetan adalah kota paling barat dari Jatim. Dianggap pintu masuk ke Karanganyar (Jateng) dan invansi ke barat guna menguasai daerah lainnya.
Pun juga tahun 1965 pembunuhan 7 perwira TNI AD secara kejam. Pergolakan pemerintahan saat itu begitu tajam. Persaingan daam rumah Nasakom. Infiltrasi PKI ke TNI AD begitu kuat. Pemutar balikan fakta, propaganda dan isu pecah belah dihembuskan PKI guna melancarkan aksi dalam G30 S PKI.
Pro dan Kontra atas Film G30 S PKI
Wajar jika ada pro dan kontra terjadi terkait pantas dan tidaknya melihat film G30 S PKI. Beberapa TV swasta pun juga ikut menayangkan film tersebut. Memang melihat atau tidak ini adalah hak dari setiap warga negara. Memiliki perspektif berbeda. Sudah sepantasnya guna melihat potret sejarah masa lalu, bagi warga negara dapat melihat film tersebut. Kebenaran tunggal memang tidak ada. Multi perspektif jika kita menilai kualitas dan substansi film tersebut.
Seiring fenomena tersebut, pasti ada upaya membenturkan antara Presiden Soekarno dan Presiden Soeharto. Dianggap Orba dengan Presiden Soeharto dalang tersebut. Dianggap hanya rekayasa dan propaganda. Pun koalisi Nasakom saat Presiden Soekarno dianggap terlibat dlm komunisme. Ini bisa jadi gagal paham dalam sejarah.
Mereka berdua berintegritas guna mempertahankan Pancasila. Dinamika kepemimpinan itu bervariasi. Mereka berdua juga menahan serangan dari luar negeri saat itu. Nasionalisme tetap mereka pertahankan dengan nyawa bagi Indonesia. Tetesan darah mereka persembahkan bagi NKRI.
Tidak dapat dipungkiri memang kadang ada para pihak dan oknum yang memanfaatkan sejarah PKI. Apalagi Bulan September seperti ini. Semua pihak harus tetap hati-hati dan waspada. Titik point nya adalah bahwa benar sejarah kudeta ideologi negara dari PKI itu nyata dan benar adanya. Tidak boleh ditutupi. Itu benang merahnya.
Sepahit apa pun. Itu sejarah. Wajib dikenang. Apakah sel-sel Komunis itu masih ada?. Tetap waspada dan hati-hati saja. Ideologi akan selalu ada. Tidak akan pernah mati. Tempat dan sifatnya adalah abstrak.
Pemahaman masyarakat pun multi perspektif dalam menyikapi persoalan ini. PKI dalam arti kelembagaan Partai?. Metode atau epistimologi cara PKI yang begitu kejam dalam memandang sebuah perbedaan? Apakah ideologinya yang bersifat abstrak dalam pikiran penganutnya?. Tingkat pendidikan dan suduh pandang yang beda ini sebagai pemicu potensi pembelahan masyarakat.