Dunia virtual telah merambah segala aspek kehidupan. Hampir tidak ada dimensi yang terlewati dari dunia maya. Seakan kebutuhan kita dari bangun tidur hingga tidur kembali telah dipenuhi dunia maya.
Zaman semakin maju, teknologi semakin berani mengambil peran hingga ke wilayah privacy. Salah satu produk teknologi dari dunia maya yang dapat dinikmati segala umur ialah media sosial, atau yang sering disingkat medsos. Pada akhirnya, medsos inilah yang kemudian dijadikan sebagai gaya hidup.
Di medsos, karakter asli bisa disembunyikan semau kita. Orang pendiam bisa jadi cerewet. Orang agamis pun tiba-tiba berbalik menyerang agamanya. Bahkan pemilik dis-orientasi seksual bisa bebas menyatakan kelainannya tanpa takut dikucilkan.
Paling tidak, hingga kini, masing-masing kita dapat menarik kesimpulan sendiri tentang fungsi medsos itu sendiri, yakni untuk mencari teman, baru maupun lama, pro maupun kontra, bahkan ada yang menjadikan sebagai media marketing dan mencari dukungan (baca : kampanye).
Selain fungsi-fungsi diatas, sebenarnya ada pula yang memanfaatkan medsos untuk kepentingan yang lebih sakral, yakni mencari jodoh.
"Saya ini pemalu mas, liatin cewek aja nggak berani, apalagi ngajak kenalan" begitu kata tetangga saya Arya (30) setelah konsultasi masalah jodoh beberapa hari lalu. Meskipun minder (kurang percaya diri, malu yang berlebihan) menjadi motif utama, namun adakalanya mencari jodoh online adalah pilihan terakhir yang ditempuh netter setelah berkali-kali gagal mencari jodoh dalam kehidupan yang nyata.
Memang, banyak kemudahan yang didapat dari mencari jodoh online. Modalnya bisa mengetik komputer, lebih bagus lagi jika tahu aplikasi chatting, yang jelas lebih hemat waktu, dapat dilakukan ketika waktu selang, ditambah modal foto, seorang netter bisa bebas memilih siapa saja bakal calon jodohnya sesuai selera.
Namun tidak sedikit yang pada akhirnya banyak juga yang kecolongan menjadi korban penipuan. Hal ini terjadi karena seringkali yang tampak saat chatting nyatanya jauh dari kenyataan, mulai dari penampilan fisik, karakter, hingga menyangkut pekerjaan.
Kebanyakan netter yang dirugikan dalam pencarian sang idaman melalui dunia maya ini akan melakukan beberapa hal :
(1) Traumatik, dan berfikir jika netter yang juga mencari jodoh kebanyakan penipu;
(2) Berfikir untuk membalas dendam dengan netter lain;
(3) Mencari biro jodoh online terpercaya;
(4) Mencari jodoh didunia nyata.
Bagi netter yang memilih point ke-3, ada baiknya menggunakan metode kunti (tekun dan teliti), yaitu :
(1) Gunakan mesin pencari (misalnya Google) dengan keywword "biro jodoh online Indonesia yang terpercaya" atau sejenisnya;
(2) Pelajari hasil pencarian, meliputi latar belakang biro jodoh (termasuk kantornya, jika ada), sistem, syarat dan ketentuan, jaminan, anggota dan kegiatan offline, berikut testimoni dari member;
(3) Pilih satu saja, lalu sign in untuk menjadi membernya dengan informasi yang sebenar-benarnya;
(4) Ikuti ketentuan yang berlaku, keep calm;
(5) Jangan protes jika kita diminta sejumlah uang untuk biaya administrasi, selagi jumlahnya logis dan biro jodoh memberikan kejelasan kantor maupun nomer contact person;
(6) Libatkan orang-orang terdekat, seperti sahabat atau keluarga;
(7) Bila merasa cocok, jangan ulur-ulur waktu, segera tentukan pertemuan pertama, dengan atau tanpa fasilitas dari biro jodoh terkait.
Jadi, pertimbangkan kembali untuk menjauhkan diri dari medsos atau dunia maya, hanya karena gagal mendapat jodoh dari dunia maya. Inget kata afgan, jodoh pasti bertemu. [asg]
Sumber Gambar : Biro Jodoh Glatik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H