Selepas tahun 80an. Minat anak-anak petani untuk menggarap ladang mulai menurun. Sebagian besar beralasan tidak sumbut. Tidak sepadan antara hasil dan biaya yang dikeluarkan.
Seperti yang saya katakan di atas. Pertanian di Gunungkidul bagian selatan hanya mengandalkan air hujan. Kalau sepenuhnya bergantung kepada hasil pertanian. Bisa-bisa tidak bisa makan.
Kepemilikan lahan pertanian yang minim adalah alasannlainnya. Pun harga komoditi pertanian yang semakin menurun. Menyebabkan kaum muda enggan berladang.
Masih ditimpa dampak globalisasi. Jadi petani bukan pekerjaan yang menjanjikan 'gengsi'. Bahkan menurunkan pasaran status seorang pemuda.
Urbanusasi menjadi pilihan utama. Mengadu nasib di kota besar. Beruntung bagi generasi 'kolonial'. Tahan banting dan siap kerja apa saja.
Menjadi persoalan untuk yang bermodalkan nekad. Apalagi kalau masih diimbuhi milih-milih kerjaan. Alamat menjadi Panji Klanthung.
Menumbuhkan Minat Bertani
Menarik sekali kalau saat ini mulai tumbuh komunitas-komunitas petani muda. Tentu saja diperlukan dukungan. Bukan saja hanya dukugan moril. Terlebih adalah sokongan modal.
Perlu dikenalkan cara-cara bertani modern. Semacam pertanian hidroponik, rumqh kaca atau pertanian organik. Bahkan kalau dimungkinkan dengan pemanfaatan mekanisasi pertanian.
Sesungguhnya desa menyimpann potensi yang sangat besar. Apabila dikembangkan secara modern. Bisa menaikkan 'gengsi' petani kampung.
Semoga.
Jkt, 210621