Sambil nungguin istri belanja. Saya berbincang dengan bang Amat. Bukan siapa-siapa. Hanya tukang ikan cupang.
Sederhana dan narimo ing pandum. Ikhlas menerima berapa pun yang Tuhan berikan. Menjalani hidup mengalir sesuai dengan skenario hidup yang telah Tuhan gariskan. Begitu saya menarik hikmah berbincang dengan bang Amat.
Pensiunan karyawan itu sebelum berjualan ikan cupang. Berbekal uang pensiun. Dia menjadi sopir antar jemput anak sekolah. Sayang usaha yang dirintisnya bangkrut gegara pandemi covid-19. Murid-murid langgananya belajar dari rumah.
Siapa sangka keisengannya berbuah hasil. Selama masa pandemi seperti halnya tanaman hias. Ikang cupang juga mengalami booming. Bang Amat pun ikut menikmati rejeki beekah pandemi.
Dengan berbinar-binar dia menceritakan masa-masa booming ikan cupang. Dalam sehari bang Amat bisa mendapatkan rejeki jutaan rupiah.
Kini setelah lewat masa booming ikan cupang bang Amat tetap menekuni usaha ikan cupangnya. Selain menjual di rumah. Dia juga berjualan secara online.Â
Untuk mengais rejeki pagi hari dia buka lapak. Jualan di pinggir jalan. Dengan sepeda motor tuanya bang Amat menggelar dagangannya. Ikan cupang berbagai jenis dan pernak-pernik dalam.memelihara ikan cupang.Â
Harga dagangannya dari lima ribuan sampai ratusan ribu per ekornya. Beberapa koleksinya ada yang sedang diburu oleh para pehobi ikan cupang. Bang Amat menyebutkan misalnya jenis yellow mg, yellow colour dan nemo.
Dengan ramah dia selalu menyapa orang yang hanya sekedar melihat-lihat. Dengan penuh antusias bang Amat menjelaskan kelebihan ikan-ikan cupangnya.