Benar. Masa kecil adalah masa paling menyenangkan. Semua serba indah dan membahagiakan.
Wajar begitu sudah dewasa, apalagi lanjut usia, sering merindukan masa-masa kecil dulu. Setiap orang pasti mempunyai kenangan masa kecil. Kepingin rasanya perjalanan hidup berputar kembali. Ke masa kanak-kanak.
Tidak terkecuali kenangan pada bulan Ramadhan seperti saat ini. Ada kenangan yang begitu melekat dalam ingatan saya setiap datangnya bulan puasa.
Terkadang setiap peristiwa yang menjadi kenangan terdapat makna simbolis. Bahkan filosofis. Begitulah para sesepuh dahulu mengemas ajaran hidup. Sikemas dalam sebuah tradisi.
Makna Kue Apem
Setiap akhir bulan Ramadhan para kaum ibu di kampung saya membuat kue apem. Kue yang berbahan baku tepung beras, trigu dan santan. Memasaknya dengan dikukus atau dengan memanggang. Memanggangnya dengan wajan yang terbuat dari tanah liat.
Uniknya kue-kue ini akan dibagi-bagikan kepada anak-anak. Selepas waktu Ashar anak-anak akan keliling dari satu rumah ke rumah yang lain. Biasanya anak-anak akan keliling secara berkelompok.
Mereka membawa kantong untuk tempat kue apem. Setelah sampai di rumah yang dituju. Anak yang lebih besar mewakili teman-temannya menyampaikan maksud kedatangannya. Penyampaiannya dengan menggunakan bahasa kromo halus. Sesuai etika berbicara dengan orang tua.
Kue apem adalah simbolisasi permintaan ampun atau maaf. Pemberiaan maaf dari orang tua kepada anak-anak disimbolkan dengan memberi kue apem.
Petasan Meriam Bambu