Yth. 2021
Semalam ketika Engkau datang kenapa diam-diam. Sesungguhnya aku menantimu dengan penuh harap. Kami menggantungkan asa sepenuhnya kepadamu.
Terus terang kami sudah jenuh dengan 2020. Dia telah memisahkan kami. Dia memaksa kami tidak ke mana-mana. Padahal Engkau tahu kami suka jalan-jalan dan kumpul-kumpul. Melihat-lihat dan mengagumi lukisan alam. Bersosialisasi sambil ngobrol-ngobrol.
Kami tidak keberatan harus cuci tangan setiap saat. Kami kadang lalai terhadap kebersihan. Tidak saja bersih diri tapi juga bersih hati. Pun menutup mulut hidung kami. Memang kadang kami bicara yang tidak seharusnya diomongkan. Seringkali juga kami mengendus yang disembunyikan.Â
Tapi menjaga jarak? Engkau tahu kan, kami makhluk sosial. Aku harus terpisah dari murid-muridku, saudara-saudaraku dan sahabat-sahabatku. Â Dalam perkumpulan itu kami bergembira. Dari sana juga lahir gagasan-gagasan besar melukis alam.
Maafkan kami kalau  menyambutmu dengan tidak sepantasnya. Tidak meriah. Tidak hingar bingar. Dua agenda rutin menyambut hari raya dan tahun baru dalam sepi. Hening. Sudahlah lupakan 2020.
Dear 2021
Kenapa pagi ini Engkau masih juga bermuram. Kami menggantungkan harapan tinggi kepadamu.Â
Mau kan Kau membantu kami menghempaskan pandemi covid-19? Biang keladi kemuraman bersama 2020. Kami penuh harap akan datangnya vaksin anti covid-19 seperti kami bergantung kuat kepadamu.Â
Mari bersama menapaki 365 hari ke depan dengan semangat dan keceriaan. Aku yakin, Engkau pasti mau meninggalkan kesan baik kepada kami? Percayalah, kelak kami akan mencatat dirimu dengan tinta emas. Sambutlah harapan kami.