Hari yang dinantikan datang. Sesuai perhitungan weton pernikahan Kang Suto dan Sri dilaksanakan pada hari Sabtu Pahing.
Menurut primbon sabtu pahing itu hari istimewa. Kedudukan nilainya paling tinggi. Sabtu nilai 9. Sedangkan pasaran Pahing poinnya 9 pula. Jadinya 18. Angka yang tidak mungkin dicapai oleh kombinasi hari dan pasaran lainnya.
Semua sanak keluarga hadir. Wajah-wajah mereka sumringah. Bergembira. Akhirnya Kang Suto melepas masa lajangnya. Memang telat kawin jauh dari teman-teman seumurannya.
Mengingat statusnya sebagai dukun kondang pesta pernikahannya digelar secara meriah. Para tetamu diberikan hidangan yang mbanyu mili. Tidak berhenti-henti mengalir dikeluarkan. Pun para tamu disuguhi hiburan klenenengan campur sari pada siang hari. Malamnya pertunjukkan wayang kulit dengan lakon Parikesit mbangun Projo.
Sepanjang perhelatan Kang Suto tak berhenti menebar senyum. Hatinya bungah. Bahagia. Akhirnya menikah juga. Istrinya Sri tak kalah gembira hatinya.
Sekalipun janda garis-garis kecantikannya begitu kentara di wajahnya. Ayu mempesona. Para tamu yang kebanyakan pasien Kang Suto tak berhenti berdecak kagum.
"Kang Suto dapat durian runtuh." bisik-bisik mereka.
"Bukan durian runtuh. Durian montong." timpal yang lainnya becanda.
                     **
Malam telah larut. Rembulan telah menggelincir ke barat. Pertunjukkan wayang menampilkan adegan guyonan punokawan. Suasana menjadi meriah. Ger-geran. Tertawa-tawa.