Kang Suto terkesima. Tak bisa berkata-kata. Begitu menjawab salam dan membuka pintu, wanita-wanita cantik sudah berdiri berjajar di depan pintu.
Siapakah mereka?
Jangan kaget. Mereka adalah utusan para kandidat pilkada serentak. Oh ya, bukan sekedar utusan tapi utusan pribadi. Pribadi-pribadi yang istimewa. Istimewa karena mereka sesungguhnya adalah istri simpanan para kandidat.
Mereka datang mengantarkan amplop tebal sebagai ucapan terima kasih. Jauh-jauh hari sebelum tahapan pilkada para kandidat sudah sowan ke rumah Kang Suto meminta jimat pemikat.Â
Tentunya dengan janji kalau terpilih sebagai kepala daerah mereka akan memberi amplop yang lebih tebal. Bahkan ada yang menjanjikan kelak akan menjadikan Kang Suto sebagai penasehat politiknya.
Jangan heran. Mereka itu orang-orang yang terpelajar. Orang-orang yang bergelar akademis. Ada yang birokrat karier. Akan tetapi untuk urusan menggaet simpati warga mereka tidak pede. Makanya mereka meminta jasa Kang Suto yang terkenal sebagai dukun pelet ampuh.
Bagaimana mau pede kenal calon pemilihnya saja tidak. Rata-rara mereka tidak tinggal di wilayah tempat pencalonannya. Mereka maju ke pilkada karena mendapatkan restu partainya.Â
"Kang Suto, ini dari bapak. Terima kasih sudah dibantu." kata Santi utusan bapak A yang menang pilkada di kota X.
"Kang, kalau ini dari yayang." ucap Sarah sambil menyerahkan amplop coklat besar dari pak B yang memenangi pilkada di kabupaten Y.
"Pak Suto, ini titipan suami. Katanya ini dulu nanti setelah pelantikan suami secara khusus akan datang." Nely menjelaskan seraya menyorongkan segepok uang dalam amplop dari pak C yang menang di kota Z.