Mas menteri Nadiem Makarim dengan naluri dalam mengelola bisnisnya, berani mengambil kebijakan untuk merampingkan kurikulum.
Kebijakan ini diambil untuk memenuhi tuntutan berbagai pihak yang mengeluhkan gemuknya kurikulum di Indonesia. Sudah bukan rahasia umum lagi kalau guru dan siswa selama ini dibebani kurikulum yang tambun.
Akibatnya guru selalu dikejar-kejar waktu untuk menyelesaikan KI/KD (Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar) yang sudah dipatok dari sononya.
Demikian halnya para siswa merasa terbebani dengan tugas-tugas yang menumpuk yang diberikan oleh guru. Para siswa mengeluh karena hampir tidak ada waktu untuk sekedar nyantai.
Kondisi demikian semakin terasa ketika datang pandemi covid-19 di mana kegiatan belajar mengajar harus dilakukan secara jarak jauh (daring). Orang tua pun ikutan teriak karena terkena dampak harus menjadi guru dadakan.
Gerak cepat Mas Menteri pun disambut dengan penuh antusias para stakeholder dunia pendidikan.
Kurikulum pandemi memberikan keleluasaan kepada sekolah dan guru untuk mengajarkan materi-materi yang esensial saja kepada para murid. Siswa pun menjadi lega karena berkurang tugas-tugasnya.
Kurikulum Ramping, Siswa Jadi Gemuk
Saya baru menyadari hari ini ketika melakukan pembelajaran melalui aplikasi meeting. Â Dari dua kelas yang saya ajarkan tadi pagi terjadi perubahan pada fisik siswa.
Awalnya saya berpikir pastilah karena habis libur panjang. Tapi setelah saya perhatikan secara seksama ternyata bukan karena iti. Secara iseng saya pun menanyakan kepada beberapa siswa.