Syahdan seorang ayah merintih-rintih menahan sakit, sementara sang anak sibuk berdebat melalui telpon dengan adiknya.
Sumber perdebatannya adalah siapa yang harus membawa ke rumah sakit orang tuanya. Sang kakak tidak bisa mengantar karena harus ketemu dengan mitra bisnisnya. Sedangkan si adiknya yang seorang perempuan beralasan sedang mengantar anaknya les.
Mendapati situasi seperti itu saya menyarankan diskusinya ditunda dulu, sekarang yang penting ayahnya segera dibawa ke rumah sakit supaya mendapatkan pertolongan pertama.
Singkat cerita ayahnya sudah sampai di rumah sakit dan mendapatkan pertolongan medis dari dokter. Rupanya perdebatan kakak adik itu berlanjut hanya pindah lokasi saja.
Pangkal perselisihan kali ini siapa yang harus menunggui sang ayah. Kakaknya yang merasa sudah membayar deposit untuk semua keperluan pengobatan ayahnya meminta adiknya yang menjagainya.
Adik perempuannya yang memang secara ekonomi kurang mampu mengatakan tidak bisa berjaga terus di rumah sakit karena dia harus mengurusi anak-anaknya.
Saya usulkan bagaimana kalo bergantian saja yang menemani ayahnya selama di rawat di rumah sakit. Tidak ada titik temu, masing-masing bersikukuh dengan alasannya sendiri.
Sebagai tetangga saya merasa kasihan dengan orang tua mereka, maka saya kasih usul lagi gimana kalau mereka membayar seseorang untuk menjaga ayahnya. Mereka seruju !
Saya menangis. Benarkah kata peribahasa, kasih ibu sepanjang jalan kasih anak sepanjang galah ?
Saya meneteskan air mata membayangkan betapa besarnya pengorbanan orang tua, terutama ibu yang harus mengandung, merawat, membesarkan dan membimbing anak-anaknya sampai bisa mandiri.