Negara industri sekuat Inggris saja sudah mengumumkan neganya dalam kondisi resesi ekonomi. Jadi bukan tidak mungkin Indonesia pun akan mengalami resesi ekonomi akibat pandemi covid-19.Â
Belajar dari krisis moneter yang pernah kita alami tahun 1998 dan 2008 di mana pada saat itu kita terkena imbas dari negara-negara Asia, utamanya Thailand dan Korea, maka kali ini pun kita wajib ekstra waspada. Tetapi peristiwa kali ini cakupannya lebih luas, bersifat global. Perekonomian dunia pernah mengalami resesi ekonomi pada tahun 1930an sebagai akibat sisa-sisa pengaruh Perang Dunia I dan situasi genting menjelang Perang Dunia II.
Dalam konjunktur perekonomian suatu negara, resesi ekonomi levelnya lebih parah dari krisis ekonomi. Memang sudah lazim dalam perjalananannya perekonomian suatu negara akan melalui tahap pertumbuhan, booming, perlambatan, krisis dan resesi ekonomi. Setelah resesi pelan-pelan perkonomian akan mengalami pemulihan dan pertumbuhan, begitu seterusnya.Â
Pidato kenegaraan presiden Jokowi di hadapan parlemen jelas mengisyaratkan akan hal itu. Indikasi akan datangnya resesi ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi melambat bahkan sampai minus 5% lebih. Indeks Harga Saham Habungan (IHSG) pun mengindikasikan ke arah sana.Â
Kita harus bagaimana ??
Pengalaman dari krisis moneter tahun 1998 menunjukkan bahwasanya sektor UMKM mampu menjadi katup pengaman perekonomian negara. Usaha-usaha perseorangan yang berskala kecil mampu bertahan dari goncangan ekonomi. Tidak seperti halnya usaha-usaha besar bahkan multinasional yang dipimpin para manajer klas dunia dan dimiliki oleh para konglomerat begitu bertumbangan ketika badai krisis ekonomi datang.
Sektor UMKM pun memberikan sumbangan lebih dari 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini menunjukkan betapa besarnya peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia. Jadi sudah selayaknya kalau pemerintah memberikan perhatian yang lebih besar kepada UMKM seperti program Kewirausahaan Sosial yang digagas Kementerian Sosial dalam upaya memberdayakan UMKM di masa pandemi covid-19.
Di masyarakat jiwa wirausaha mandiri ini sudah bermunculan selama pandemi covid-19. Saya menyebutnya coronapreneur karena wirausahawan-wirausahawan ini muncul di masa pandemi corona. Niatan awalnya adalah untuk bertahan hidup akibat dampak ekonomi keluarga selama pandemi covid-19.Â
Jenis usahanya pun beraneka ragam, dari sekedar menjajakan masker di pinggir-pinggir jalan atau berjualan hand sanitizer secara online. Ibu-ibu pun semakin banyak yang memanfaatkan marketplace-marketplace untuk menawarkan barang produksinya. Ada yang jualan hasil kreasi dari dapur seperti kue-kue, rujak, salad, pecel, puding, bahkan minuman dan jamu aneka rasa.
Ada fenomena yang menarik sekarang banyak pengusaha yang beralih profesi. Para desainer yang semula memproduksi gaun-gaun pengantin atau baju-baju pesta beralih memproduksi masker dengan sentuhan desain yang fashionable. Bahkan ada seorang pengusaha konstruksi beralih memproduksi peti mati.