Senyumnya manis sekali. Â Matahari makin meninggi sinarnya semakin terasa panasnya. Â Tubuh kami berkeringat.
Sore hari sebelum kami kembali ke kota, kami berdua ibu dan uwak, berbincang di teras sambil menikmati teh dan singkong rebus.
"Bagaimana keadaan mbak Dita, wak ?", tanyaku agak serius ke uwak.
"Lihat aja wajahnya. Â Udah bersih kan", jawab uwak.
Kami serempak memandangi wajahnya yang membuat mbak Dita tersipu.
"Iya lebih seger", kata ibu.
"Lebih cantik bu", candaku.
Kami semua tersenyum.
"Emang gimana ceritanya nak Dita ?", tanya uwak yang membuatnya kaget tidak menyangka dengan pertanyaan uwak.
"Saya tidak tau, wak", jawabnya.
Menurut cerita ibunya, kemungkinan ini semua karena dendam kesumat neneknya kepada kakeknya. Â Sebenernya kakek neneknya adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Â Persoalannya adalah perbedaan kasta sosial ekonomi mereka. Â Kakeknya berasal dari dari keturunan orang kaya raya di kampungnya, sementara neneknya hanya seorang gadis biasa.