Mohon tunggu...
Mas Sam
Mas Sam Mohon Tunggu... Guru - Guru

Membaca tulisan, menulis bacaan !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kelakuan Abnormal, Situasi New Normal

27 Juni 2020   07:53 Diperbarui: 27 Juni 2020   07:51 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul tulisan ini sesungguhnya berkebalikan dengan maksud dari tulisan.  Yang sebenarnya adalah situasiinya new normal tapi kelakuannya up normal.

Coba Kompasianer bayangkan:

Masih ada saja masyarakat yang memaksa mengambil jenazzah korban covid-19 dan memakamkan tanpa mempedulikan protokol kesehatan.  Peristiwa sebelumnya di Makassaar dan Bekasi seharusnya menjadi pelajaran.  Kemarin di daerah Maluku terjadi lagi peristiwa yang sama.  Padahal kekhawatiran selama ini terbukti, yang main-main dengan jenazah korban covid-19 terpapar virus ganas ini.

Update positif covid-19 di Indonesia per 20 Juni sudah tembus di atas 50 ribu, tepatnya 51.427 pasien.  Penambahan positif covid-19 per hari kamis masih di atas ribuan orang. Bahkan di seluruh dunia sudah 9 juta orang lebih terpapar covid-19.  Amerika Serikat dan Brasil adalah negara dengan kasus covid-19 lebih dari 1 juta orang.  Kebayang gak si betapa ngerinya kalo dalam sehari ada 20.000 kematian ??

Kemarin angka positif covid-19 di Jawa Timur mencapai 10 ribu lebih, melampaui DKI Jakarta.  Jawa Timur, DKI Jakarta dan Sulawesi Selatan adalah 3 provinsi yang masih tinggi penambahan positif covid-19.  Jawa Timur angka tambahan positifnya sebanyak 356 kasus (rekor baru) dan DKI sebanyak 205 kasus.

Hasil identifikasi menyatakan bahwasanya pasar tradisional menjadi kluster baru penularan covid-19.  Kebijakan selama masa PSBB Transisi, pasar tradisional boleh  buka tetapi harus diterapkan protokol kesehatan secara disiplin.  Kenyataannya masih banyak kita jumpai pedagang maupun pembeli di pasar-pasar tradisional yang enggan mengenakan masker dan tidak jaga jarak.

Anehnya lagi banyak pedagang yang tidak mau mengikuti rappid test.  Modusnya macam-macam, sengaja tutup toko, main kucing-kucingan dengan petugas atau meninggalkan dagangan pada saat petugas rappid test datang.  Dalam dua hari kemarin kita lihat, misalnya pedagang pasar Cipulir-Jakarta Selatan dan pasar Karang Anyar-Jakarta Pusat, hanya sebagian yang mau ikut rappid test.  Kalo demikian pencegahan penularan covid-19 akan sulit dilakukan.  

Hari Minggu kemarin kita juga disuguhi pemandangan betapa masyarakat masih abai terhadap protokol kesehatan.  Ada dua momen yang menonjol, yaitu kegiatan Car Free Day dan demo RUU HIP dan PSBB.  Pada kegiatan CFD hari minggu masyarakat Jakarta tumplek bleg di sepanjang jalan Sudirman-Thamrin dengan tidak jaga jarak.  Demkian pula saat demo di depan gedung DPR/MPR dan kantor Disdi DKI Jakarta.

Melihat fenomena ini masih banyak PR yang harus dikerjakan.  Protokol kesehatan harus terus menerus dikampanyekan.  Para pejabat atau petugas jangan sampai seperti apa yang diperlihatkan presiden Amerika Serikat dan Brasil yang sampai harus diperiintahkan oleh pengadilan hanya untuk sekedar memakai masker saat beraktivitas di luar.

Tuntas tidaknya pencegahan penularan covid-19 ditentukan seberapa disiplinnya kita menjalankan protokol kesehatan.  Di samping semakin cepatnya ditemukan vaksin covid-19.

Sesederhana itu !

Jkt, 270620

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun